Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending ke sektor produktif atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) menyusut. Asal tahu saja, porsi penyaluran pembiayaan fintech P2P lending ke sektor produktif atau UMKM per Agustus 2025 mencapai Rp 29,64 triliun. Porsinya sebesar 33,83% dari total outstanding pembiayaan industri fintech lending.
Jika dilihat, porsinya terbilang susut, dibandingkan posisi per Mei 2025 yang porsinya sempat mencapai 34,91% terhadap total pembiayaan. Mengenai hal itu, Pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan pembiayaan ke UMKM (produktif) menyusut salah satunya disebabkan pertumbuhan kredit UMKM secara nasional juga menyusut.
"Pertumbuhan kredit UMKM secara nasional mengalami perlambatan menjadi 1,3% Year on Year (YoY) per Agustus 2025. Permintaan pembiayaan dari sisi UMKM mengalami perlambatan yang juga berimbas kepada permintaan dari fintech lending," katanya kepada Kontan, Minggu (19/10/2025).
Baca Juga: Pembiayaan Produktif Fintech Lending Menyusut, AFPI: Dampak Ketidakpastian Ekonomi
Nailul menambahkan permintaan pembiayaan dari sisi UMKM melambat karena berkurangnya juga permintaan pembeli karena daya beli masyarakat yang melemah. Selain itu, dia bilang dari sisi kinerja fintech lending produktif juga cukup bermasalah terkait dengan pengembalian yang rendah.
"Tingkat gagal bayar di sektor produktif lebih tinggi, dibandingkan dengan sektor konsumtif. Jadi, bagi fintech lending, lebih aman menyalurkan ke sektor konsumtif," tuturnya.
Oleh karena itu, Nailul berpendapat tantangan utama bagi fintech lending produktif tentu saja karena adanya penurunan permintaan pembiayaan. Ditambah, dari sisi internal perusahaan, kualitas penyaluran menjadi tantangan bagi mereka.
"Penilaian kredit masih menjadi pekerjaan rumah bagi perusahaan fintech lending agar mendapatkan borrower yang berkualitas, serta memberikan jaminan kepada lender bahwa borrower mereka berkualitas," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Entjik Djafar mengatakan susutnya pembiayaan ke sektor produktif tak terlepas dari adanya tantangan ketidakpastian ekonomi yang terjadi saat ini baik secara domestik dan global. Dengan demikian, sangat memengaruhi pembiayaan ke sektor produktif.
Baca Juga: Upaya Mendorong Pertumbuhan Ekonomi, Pindar Mengandalkan Bisnis Pinjaman Produktif
Dia juga bilang ketidakpastian ekonomi saat ini juga mengakibatkan angka kredit macet sektor produktif juga terdorong naik.
"Melambatnya ekonomi baik secara domestik maupun global sangat mempengaruhi pertumbuhan disbursment. Akibat hal tersebut mengakibatkan angka kredit macet juga terdorong naik," ungkapnya kepada Kontan, Jumat (17/10/2025).
Akibat dari adanya tantangan itu, Entjik mengimbau kepada para anggota agar lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaan ke sektor produktif.
"Kami terus-menerus mengingatkan anggota agar tidak terlalu ekspansif, bahkan disarankan untuk tetap konservatif dalam menyalurkan pembiayaan. Intinya, faktor prudent dan comply wajib diperhatikan," kata Entjik.
Jika melihat lebih jauh lagi, porsi pembiayaan produktif per Agustus 2025 yang sebesar 33,83% tercatat masih berada di bawah target yang tertuang dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) periode 2023–2028. Dalam roadmap, target untuk porsi pembiayaan produktif harus mencapai 40%-50% dalam rentang waktu 2025 hingga 2026.
Baca Juga: Kredit Macet Fintech Lending Membaik Jadi 2,60% per Agustus 2025, Ini Kata AFPI
Selanjutnya: Jaga Mutu, Pertamina Patra Niaga Regional JBB Memantau Beberapa SPBU di Jakarta
Menarik Dibaca: Simak Yuk Cara Bijak Mengolah Makanan agar Tak Terbuang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News