Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Konsolidasi The Hong Kong and Shanghai Banking (HSBC) dengan PT Bank Ekonomi Raharja Tbk akan menyongsong nama Bank HSBC Indonesia. Head of Retail Banking and Wealth Management HSBC Indonesia Blake Hellam menyampaikan, pihaknya akan segera membentuk badan hukum menjadi PT Bank HSBC Indonesia.
“Kami akan mulai konsolidasi pada April 2017,” kata Blake, Selasa (12/4).
Saat ini, perusahaan akan memanfaatkan waktu sekitar satu tahun untuk melakukan proses konsolidasi secara bertahap. Misalnya, tahapan penyatuan jaringan kantor, teknologi informasi (TI), sumber daya manusia (SDM), dan bisnis.
Kedepan, nasabah dapat memanfaatkan jaringan kantor cabang HSBC Indonesia dan Bank Ekonomi Raharja. HSBC Indonesia telah memiliki 40 cabang di lima kota. Pasca konsolidasi, HSBC dapat memperluas jaringan hingga 100 cabang di 30 kota. Ekspansi jaringan akan berada di 30 kota mulai tahun 2017.
Sedangkan dari sisi bisnis sinergi dua bank ini akan fokus pada pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang merupakan kemampuan dari Bank Ekonomi Raharja. Serta fokus pada bisnis korporasi, global, dan wealth management yang merupakan keahlian Bank HSBC Indonesia.
Perusahaan juga akan meningkatkan bisnis wealth management. Head of Wealth Management HSBC Indonesia Steven Suryana menuturkan, potensi bisnis wealth management sangat besar karena mayoritas konsumen memiliki investasi di tabungan dan deposito daripada di investasi seperti obligasi, unit link dan asuransi.
Blake menambahkan, untuk masa yang akan datang pemegang saham berkomitmen untuk menyuntikan modal kepada perusahaan untuk memperkuat modal usaha. Sayangnya, ia enggan menyebutkan nilai tambahan modal tersebut. “Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mendorong untuk tambahan modal,” tambahnya.
Informasi saja, HSBC mencatat penurunan kredit sebesar 3,50% menjadi Rp 55,37 triliun per Desember 2015 dibandingkan posisi Rp 57,19 triliun per Desember 2014. Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,25% menjadi Rp 51,09 triliun per Desember 2015 dibandingkan posisi Rp 48,01 triliun per Desember 2014.
Kemudian, Bank Ekonomi Raharja mencatat perlambatan bisnis di tahun lalu. Misalnya, kredit turun 0,17% menjadi Rp 19,88 triliun per Desember 2015 dibandingkan posisi Rp 19,91 triliun per Desember 2014. DPK turun 4,34% menjadi Rp 22,89 triliun per Desember 2015 dibandingkan posisi Rp 23,48 triliun per Desember 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News