Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa bank besar mencatat pertumbuhan kredit komersial yang tidak sekencang beberapa sektor kredit lain. Hal ini salah satunya disebabkan risiko kredit di sektor ini masih tinggi.
Salah satu bank yang mencatat pertumbuhan kredit komersial tidak terlalu tinggi tahun ini adalah PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Pertumbuhan kredit komersial BCA sampai September 2017 hanya 2,4% yoy menjadi Rp 150 triliun.
Bahkan dibandingkan awal tahun atau year to date (ytd) pertumbuhan kredit komersial BCA minus 1,2%. "Ini karena persaingan segmen ini cukup besar," kata Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA, Kamis (26/10).
Jahja bilang hampir seluruh bank di Indonesia mempunyai portofolio kredit komersial. Ini menyebabkan persaingan memperebutkan debitur menjadi semakin ketat.
Penyebab kedua adalah karena adanya toko online atau e-commerce. Dengan adanya toko online, membuat penjualan alat dan industri yang ada di toko konvensional menjadi berkurang.
Selain itu dengan banyaknya produk impor yang ada di toko online dengan harga dan kualitas yang lebih bagus membuat produsen lokal barang yang sama menjadi agak kesulitan bersaing.
Jahja mencatat mayoritas 90% produk yang ada di e-commerce merupakan produk impor. Sebagai gambaran non performing loan (NPL) kredit komersial di BCA merupakan yang tertinggi yaitu 2,3% dibandingkan dua sektor lain yaitu korporasi dan konsumer.
Jahja berharap dengan mulai mengalirnya dana desa di beberapa daerah bisa membuat daya beli naik sehingga bisa meningkatkan kredit perbankan secara umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News