Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank yang sudah mengklaim dirinya sebagai bank digital telah merancang fitur dan produk di aplikasi mereka yang diharapkan jadi keunggulan mereka dalam berebut nasabah atau user.
Ada banyak kesamaan fitur yang ditawarkan antara bank digital yang satu dengan yang lain, mulai dari pembukaan rekening secara online, pembukaan rekening lewat platform mitra yang sudah digandeng, fitur untuk mengatur pengeloalan keuangan, fitur pembayaran QRIS dan lain-lain.
Namun, masing-masing bank tetap mengklaim punya keunggulan tersendiri. PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC) misalnya, sudah merilis beragam fitur sejak aplikasi digital dirilis pada Maret 2021.
Tjandra Gunawan, Direktur Utama Bank Neo Commerce menjelaskan, fitur-fitur inovatif dan interaktif dihadirkan dalam aplikasi neobank seperti fitur game Neo Fortune dan Dunia Neo yang memungkinan penggunan memainkan permainan dan mendapatkan hadiah. Lalu ada fitur Instant Messenger yang memungkinkan sesama pengguna aplikasi berkirim pesan (chating) yang dijamin aman dan praktis.
Baca Juga: OJK Prioritaskan Investor Lokal untuk Akuisisi, Begini Kinerja Sejumlah Bank Mini
"Keunggulan lainnya, tersedia juga fitur Neo Send yang memungkinkan transfer antara bank tanpa biaya. Ini mirip seperti aplikasi Flip. Untuk mengatur keuangan, ada fitur Neo Jurnal dan ada kupon experience sebagai fitur edukasi untuk mengajak nasabah berinvestasi," jelas Tjandra saat saat paparan publik, Rabu (29/12).
Pada kuartal I-2022, BNC akan meluncurkan pembayaran QRIS. Perseroan juga siap memperbanyak kerjasama dengan mitra strategis untuk pemanfaatan produk dan layanan bank lewar fitur open API.
Bank Neo Commerce telah meluncurkan digital lending pada November 2021 lalu bekerjasama dengan Akulaku di aplikasi fitech tersebut. Pada pertengahan atau akhir Januari ini, digital lending ini akan hadir di aplikasi Neo Commerce untuk menyasar segmen UMKM.
Hingga akhir 2021, pengguna aplikasi neobank diperkirakan mencapai 13,3 juta dan tahun ini diharapkan bisa bertambah 15 juta sehingga di ujung tahun bisa mencapai 28 jutaan.
Adapun aplikasi Bank Jago memiliki keunggulan berupa fitur kantong. Lewat fitur ini nasabah yang kerap memerlukan banyak rekening untuk membagi-bagi dana di beberapa rekening kini sudah bisa dilayani dengan satu rekening Bank Jago.
Dengan fitur ini, nasabah dapat membagi-bagi kantong yang tersedia untuk berbagai keperluan. Misalnya, kantong untuk rencana liburan, kantong untuk tabungan menikah, kantong tabungan dana darurat dan lain-lain.
Selain itu, Bank Jago juga punya fitur kantor bersama yang bisa dipakai bersama-sama dengan teman, pasangan atau keluarga yang ingin mengumpulkan uang untuk tujuan tertentu seperti berlibur bersama. Lalu ada fitur Tagih Utang sebagai alat bantu split bill ketika melakukan transaksi bersama teman atau keluarga.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan, pihaknya akan terus melengkapi fitur aplikasi Jago sesuai dengan kebutuhan nasabah. Terakhir, bank ini sudah mengintegrasikan aplikasinya dengan Gopay sehingga pembukaan rekening Jago telah bisa dilakukan di aplikasi Gojek.
Integrasi ini melengkapi inovasi sebelumnya di mana nasabah Bank Jago dapat menghubungkan Kantong Jago dengan aplikasi Gojek.
"Dengan layanan ini, Bank Jago yang mendatangi nasabah dalam ekosistem Gojek," kata Kharim belum lama ini.
PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) sudah izin bank digital dengan sejumlah kegiatan dan produk, yaitu deposito berjangka, transfer, top up, dan pembayaran tagihan.
Bank ini sudah dapat izin dari OJK memberikan layanan pembukaan rekening, dompet digital (e-wallet), pay later, uang tunai, dan produk QRIS.
Baca Juga: Memasuki 2022, Simak Sektor-Sektor Saham Pilihan Berikut Ini
Allo Apps sudah dapat izin digital onboarding yaitu uang elektronik (Allo Pay dan Allo Pay+) dan layanan pendanaan (Allo Prime dan deposito berjangka). Aplikasi tersebut juga menyediakan fitur transfer poin antar pengguna Allo.
Suria Darma, Kepala Riset Samuel Sekuritas melihat, prospek bank digital ke depan akan tergantung pada perkembangan ekosistemnya dan pertumbuhan pengguna atau user-nya.
Ekosistem yang luas akan mendorong pertumbuhan pengguna bank tersebut. Sedangkan basis pengguna bisa diasumsikan menjadi potensi dana pihak ketiga (DPK) dan kredit yang akan bisa didapat ke depan.
"Tetapi yang paling penting juga adalah bagaimana kecepatan bank-bank digital itu mengeksekusi rencana-rencananya (dalam transformasi jadi bank digital)," kata Suria.
Dari bank-bank digital yang sudah ada saat ini, Suria baru tertarik pada Bank Raya Indonesia (AGRO) dan Bank Neo Commerce (BBYB) karena eksekusi rencana digital dilakukan dengan cepat.
BBYB tercatat masih merugi hingga kuartal III 2021 sebesar Rp 264,7 miliar. Adapun di periode yang sama tahun sebelumnya masih untung Rp 4,3 miliar.
Sementara Okie Ardiastama Analis Pilarmas Investindo Sekuritas melihat prospek fundamental bank-bank digital ini akan cukup menarik dari sisi nilai perusahaannya. Basis teknologi yang diterapkan dalam transformasi digitalnya diharapkan bisa mendorong kinerja mereka ke depan.
Hanya saja, dia melihat tantangan bank-bank digital masih berat. Bank dinilai membutuhkan daya tarik lebih untuk menggaet nasabah seperti dengan suku bunga lebih tinggi dan kemudahan lainnya. Jika tidak dikelola dengan optimal, hal itu bisa juga jadi bomerang bagi bank tersebut ke depan.
Bank digital juga dinilai masih butuh waktu untuk bisa profit ke depan. Sehingga faktor bisa mempengaruhi pergerakan harga sahamnya juga. Untuk saat ini, Okie melihat saham yang masih menarik untuk bank-bank digital masih AGRO dan ARTO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News