kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini strategi perbankan mengelola dana pihak ketiga (DPK) pada tahun ini


Minggu, 28 Februari 2021 / 15:37 WIB
Ini strategi perbankan mengelola dana pihak ketiga (DPK) pada tahun ini
ILUSTRASI. Antrean nasabah di?kantor cabang Bank Mandiri./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/29/12/2020.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mengalami pertumbuhan cukup tinggi tahun lalu. Bank-bank besar akan tetap memperkuat rasio dana murah (CASA) sebagai strategi menyeimbangkan biaya dana (cost of fund) pada tahun ini.

Adapun, total dana pihak ketiga (DPK) Himbara pada 2020 sebesar Rp 3.127,03 triliun pada 2020, atau tumbuh 11,92% secara yoy. Kenaikan DPK tertinggi dicatatkan oleh PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. sebesar 23,84% secara yoy, diikuti PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebesar 12,24% yoy, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 10,61% yoy, dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. sebesar 9,78% yoy.

Kenaikan DPK ditopang peningkatan dana murah (CASA) yang tumbuh dua digit. Alhasil, bank mampu menekan biaya dana sepanjang tahun lalu sejalan dengan penurunan suku bunga acuan. 

Pertumbuhan dana bank kecil dan menengah juga masih ditopang oleh kenaikan dana mahal. Apalagi porsi dana di kelompok bank ini memang masih didominasi deposito. Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, DPK perbankan tercatat tumbuh 11,3% per November 2020. 

DPK Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) III tercatat naik 4,4%, BUKU II tumbuh 8,2%,  sedangkan BUKU I turun 57,4% seiring dengan berkurangnya jumlah bank di kelompok ini karena naik kelas. 

Rasio dana murah atau Current Account Savings Account (CASA) bank BUKU III ada di level 44,9% pada periode tersebut, sedikit naik dari periode November 2019 yakni 43,9%. CASA bank BUKU II turun dari 46,9% ke 46,1%. Adapun rasio dana murah bank BUKU I mencapai 42,04%.

Tren penurunan biaya dana bank juga ditunjukkan dalam laporan Bank Indonesia tentang Survei Perbankan. Cost of funds pada kuartal IV/2020 sebesar 4,70%, atau turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,87%. Realisasi tersebut lebih rendah dari angka prakiraan BI sebesar 5,21%. Adapun, pada kuartal I/2021 cost of fund diperkirakan sebesar 4,71%. 

Direktur Treasury & International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan, selama bulan Januari 2021, DPK perbankan tumbuh 10,57% YoY. Hal tersebut didorong oleh stimulus fiskal pemerintah dan bauran kebijakan otoritas moneter & fiskal yang akomodatif.

Baca Juga: Indeks saham sektor finansial naik tinggi, indeks sektor konsumer paling tertekan

Sementara sampai dengan Desember 2020, dana pihak ketiga Bank Mandiri mencapai Rp 1.047,3 triliun atau tumbuh 12,24% yoy. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan giro mencapai 20,13% yoy atau mencapai Rp284 triliun.

"Adapun akibat terdampak pandemi covid-19, sisi permintaan kredit dunia bisnis masih lemah, yang pada Januari terkontraksi 1,92% YoY," kata Panji kepada kontan.co.id, Jumat (28/2).

Menghadapi kondisi tersebut, di sisi DPK, perbankan melakukan strategi efisiensi opex & cost of fund yang terlihat dari tren penurunan suku bunga deposito in line mengikuti penurunan suku bunga acuan. 

Selain itu, memperkuat rasio dana murah (CASA Ratio) melalui peningkatan layanan digital banking dan Mandiri Cash Management. Bank Mandiri saat ini telah bekerja sama dengan beberapa e-commerce untuk melayani berbagai transaksi pembayaran serta pengelolaan kas operasional perusahaan melalui strategi value chain.

Di sisi aset, investasi pada instrumen obligasi merupakan manajemen strategi pengelolaan likuiditas perbankan. Sepanjang tahun 2021, Investasi perbankan pada obligasi negara tumbuh 68.8 triliun "Ke depannya, vaksin Covid 19 akan  menjadi game changer mendorong pemulihan ekonomi dan peningkatan demand kredit yang diproyeksikan tumbuh di kisaran 6%-8%," ujar Panji.

Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Aestika Oryza Gunarto menyampaikan, strategi pengelolaan DPK BRI di tahun ini tetap akan difokuskan pada dana murah (CASA), melalui berbagai inovasi digital serta terus mendorong transaction banking, diantaranya melalui pengembangan platform simpanan berbasis digital dan micropayment system. 

"Tahun ini kami proyeksikan tren penurunan CoF akan terus berlanjut, dengan kita jaga di kisaran 2,75%-3%," katanya.

Hingga akhir kuartal IV-2020, DPK BRI tercatat Rp 1.121,10 triliun atau tumbuh sebesar 9,78% yoy. Dana murah atau CASA masih mendominasi portofolio simpanan BRI, dengan rasio CASA mencapai 59,67% dari total DPK atau senilai Rp 668,93 Triliun, dan ke depan rasio CASA BRI akan terus ditingkatkan. 

Sementara itu, hingga akhir Desember 2020 biaya dana perseroan tercatat sebesar 3,22%, atau turun sebesar 36 poin dari periode Desember 2019. Tren penurunan ini selaras dengan turunnya suku bunga acuan. Seiring dengan kenaikan DPK, "Hingga akhir tahun 2020 penempatan dana pada SBN trennya masih meningkat," imbuh Aestika.

Di tengah tantangan pandemi, PT Bank Central Asia Tbk juga berhasil mencatatkan kinerja dana pihak ketiga yang sehat, di mana current account and savings account (CASA) tumbuh 21,0% YoY mencapai Rp 643,9 triliun.

Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14,0% YoY menjadi Rp196,9 triliun. Secara total, dana pihak ketiga naik 19,3% YoY menjadi Rp840,8 triliun di tahun 2020. Selain itu, total aset perseroan mencapai Rp1.075,6 triliun atau naik 17,0% YoY.

"Kami berterima kasih dan mengapresiasi kepercayaan nasabah kepada BCA. Kepercayaan ini memotivasi kami untuk terus berkomitmen meningkat pelayanan sesuai kebutuhan nasabah terkini dan selanjutnya bersama-sama kontribusi dalam menggerakkan roda perekonomian nasional," ujar Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F Haryn.

Di tahun baru 2021 dan di tengah tantangan yang ada, BCA tetap berharap geliat perekonomian di Indonesia akan bangkit kembali seiring dengan pemulihan yang saat ini mulai berjalan disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan. 

PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) mencatatkan peningkatan DPK per November 2020, namun rasio CASA-nya turun ke 24,12% dari 35,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Business Support Bank Woori Sadhana Priatmadja menjelaskan, dana murah perseroan masih didominasi giro. Sementara pada bulan November terjadi penarikan giro yang cukup besar oleh perusahaan untuk bertransaksi sehingga porsi CASA menurun.

Tahun ini, BWS menargetkan komposisi CASA sekitar 38%. Sadhana bilang, pihaknya akan berupaya mendorong porsi tabungan ke depan. Untuk mencapai itu, BWS sudah menerbitkan tabungan cerdas dengan target market kaum milenial dengan fitur produk elektronik /digital. "Kami juga akan melakukan strategi dengan menurunkan bunga DPK, mengganti dengan dana mahal dengan dana murah," ujar Sadhana.

Ia mengatakan, sampai dengan Januari 2021 masih belum ada peningkatan yang berarti untuk DPK. "Diharapkan akhir Februari dan Maret sudah mulai meningkat," katanya.

Menurutnya, di tahun ini tren pinjaman akan meningkat, karena otoritas dan pemerintah memberikan stimulus seperti penurunan pajak untuk sektor otomotif, mendukung pembiayaan hunian dan seterusnya.

Sementara itu, penghimpunan DPK yang akan dilakukan oleh Bank Mayora sesuai dengan kebutuhan penyaluran kredit, untuk menghindari idle fund yang terlalu tinggi. Di samping itu, Bank juga akan menjaga komposisi sumber dana murah tetap stabil untuk menjaga NIM.

Slamet Riyadi, Corporate Communication Division Head mengatakan, per Januari 2021 DPK tumbuh 4,80% dari Desember 2020, ditopang oleh kenaikan Giro. Selain itu Slamet mengatakan, per Jan 2021 dana di SBN hanya sebesar 0,17% dari total aset, cenderung menurun 50% apabila dibandingkan Desember 2020.

"DPK mungkin akan menurun seiring penurunan suku bunga acuan BI yang sudah diturunkan ke level terendah saat ini yaitu 3.5%. Namun hal ini harusnya tidak akan menjadi masalah mengingat saat ini sumber pendanaan kami masih mencukupi untuk menjaga likuiditas dan juga untuk mendukung penyaluran kredit tahun ini, yang diperkirakan masih belum terlalu agresif mengingat dunia usaha masih bersikap wait and see dalam situasi pandemi saat ini," jelas Slamet.

Selanjutnya: Aset perbankan diyakini bakal naik lebih tinggi tahun ini, berikut alasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×