Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan asuransi jiwa menyusun strategi untuk menghadapi kondisi global yang diperkirakan dapat memengaruhi aset investasi pada instrumen saham.
Melansir laporan keuangan PT Asuransi Jiwa Generali Indonesia (Generali Indonesia), per Desember 2024 jumlah investasi perusahaan tercatat mengalami penurunan sebesar 3,15% secara year on year (YoY) menjadi senilai Rp 4,55 triliun dari posisi Rp 4,69 triliun.
Investasi pada instrumen saham Generali Indonesia tampak mengalami penurunan 41,73% secara YoY menjadi senilai Rp 934,22 miliar dari nilai sebelumnya yakni Rp 1,60 triliun.
Head of Corporate Communications Generali Indonesia, Windra Krismansyah menjelaskan, dengan adanya pengaruh pasar saham global, perusahaan berupaya untuk memantau dengan hati-hati, khususnya terhadap sentimen yang bisa memengaruhi pergerakan pasar di Indonesia.
"Total investasi secara keseluruhan kinerjanya masih sejalan dengan pasar di mana setiap instrumen kinerjanya sangat bervariatif oleh fluktuasi dan perkembangan pasar," kata Windra kepada Kontan, Jumat (28/1).
Baca Juga: Investasi Ciputra Life Melesat 49,13%, Capai Rp 816,67 Miliar pada 2024
Kendati jumlah investasi perusahaan mengalami penurunan, perusahaan optimistis bisa terus mengoptimalkan kinerja investasi ke depannya.
"Hingga saat ini, kami belum berdampak secara signifikan," tuturnya.
Lebih lanjut, dalam mengalokasikan dan pengelolaan portofolio untuk memaksimalkan return hasil investasi, Generali Indonesia berkomitmen untuk mematuhi prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Windra menegaskan, dalam mengalokasikan investasi, perusahaan juga menerapkan berbagai strategi dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik untuk strategi jangka pendek, menengah dan jangka panjang.
Dalam menerapkan strateginya, Generali Indonesia mengatur pemilihan portofolio secara seimbang, melalui kepemilikan pada berbagai instrumen investasi.
"Terkait dengan proyeksi sendiri, kami optimistis akan terus tumbuh seiring dengan pemerintahan baru yang terus mendorong stimulus pertumbuhan ekonomi," lanjut Windra.
PT Asuransi Ciputra Indonesia (Ciputra Life) mencatat jumlah investasi senilai Rp 816,67 miliar di sepanjang tahun 2024. Direktur Ciputra Life Listianawati Sugiyanto menjelaskan, nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 49,13% secara year on year (YoY) atau tahunan.
Investasi pada instrumen saham Ciputra Life tampak meningkat sebesar 41,79% secara YoY menjadi senilai Rp 89,73 miliar. Naik dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 63,28 miliar.
"Penurunan suku bunga memberikan dampak positif terhadap pasar obligasi dan pasar saham di Indonesia. Dalam beberapa hari setelah Bank Indonesia melakukan rate cut, harga saham dan obligasi mengalami peningkatan," kata Listianawati kepada Kontan, Jumat (28/1).
Selain itu, penurunan suku bunga juga diharapkan dapat membawa dampak positif terhadap sektor riil, berupa peningkatan aktivitas ekonomi pada sektor riil, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap pertumbuhan industri asuransi di Indonesia.
"Dengan peningkatan harga saham dan harga obligasi, tentunya memberikan hasil yang positif terhadap hasil investasi perusahaan," lanjutnya.
Baca Juga: Investasi Generali Indonesia Turun 3,15% pada 2024, Sentimen Pasar Jadi Faktor Utama
Seiring dengan peningkatan jumlah investasi perusahaan pada akhir tahun 2024, Ciputra Life menargetkan hasil investasi bisa meningkat sebesar 30% secara YoY pada tahun 2025.
"Secara alokasi investasi tidak ada perubahan yang signifikan yang kami lakukan di awal tahun ini. Namun demikian, kami senantiasa melakukan review terhadap kebijakan dan strategi investasi guna mendukung pencapaian target investasi perusahaan," tuturnya.
Adapun berdasarkan data terakhir Otoritas Jasa Keuangan (OJK), investasi pada instrumen saham per November 2024 tampak mengalami menurunan sebesar 9% secara YoY atau tahunan mencapai Rp 129 triliun.
Mengenai hal ini Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menuturkan, di tengah ketidakpastian ekonomi global dan pelemahan sektor riil, kinerja investasi saham pada tahun 2025 diperkirakan masih tetap positif.
Direktur Eksekutif AAJI, Togar Pasaribu menjelaskan, hal ini tidak terlepas dari sejumlah kebijakan fiskal ekspansif pemerintahan baru, di mana kemudian berdampak positif terhadap roda perekonomian.
Berdasarkan data AAJI hasil investasi periode Januari – September 2024 tercatat naik 15,1% secara YoY menjadi senilai Rp 26,95 triliun. Begitu juga dengan total investasi yang mengalami peningkatan sebesar 3,7% secara YoY menjadi Rp 553,53 triliun jika dibandingkan dengan periode Januari – September 2023.
Investasi yang paling dominan dalam industri asuransi jiwa adalah Surat Berharga Negara (SBN) dan saham. Adapun kenaikan yang cukup signifikan terdapat di instrumen investasi SBN yang bertumbuh 28,3% menjadi Rp 205,66 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023.
"Penurunan suku bunga dapat memberikan dampak positif terhadap prospek investasi asuransi jiwa, terutama pada instrumen ekuitas. Ketika suku bunga turun, instrumen berbasis bunga seperti deposito dan obligasi menjadi kurang menarik karena imbal hasilnya menurun," kata Togar kepada Kontan, Selasa (21/1).
Dampaknya, investor cenderung beralih ke instrumen dengan potensi pengembalian lebih tinggi, seperti saham, yang memberikan peluang pertumbuhan nilai investasi.
Dengan pendekatan yang tepat, AAJI menilai, industri asuransi jiwa dapat memanfaatkan penurunan suku bunga sebagai peluang untuk meningkatkan hasil investasi sekaligus memberikan nilai tambah bagi pemegang polis.
"Namun, penting bagi pelaku industri untuk tetap menjaga tata kelola investasi, agar dapat menyeimbangkan antara imbal hasil dan risiko," lanjut Togar.
Selanjutnya: Prabowo: Selamat Memasuki Tahun Ular Kayu, Semoga Penuh Keberkahan
Menarik Dibaca: Kejatuhan Pasar Terjadi Februari 2025, Robert Kiyosaki Sebut Aset Ini bakal Meledak
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News