kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Investor Asing Masuk ke Bisnis Inovasi Keuangan Digital, Ini Kata Aftech


Selasa, 17 Mei 2022 / 14:02 WIB
Investor Asing Masuk ke Bisnis Inovasi Keuangan Digital, Ini Kata Aftech
ILUSTRASI. Ilustrasi Financial Technology (Fintech).


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor asing tampaknya tak hanya terbatas pada industri keuangan konvensional. Bisnis Inovasi Keuangan Digital (IKD) juga memiliki daya tarik tersendiri bagi investor asing.

Buktinya, ada Jianpu Limited, perusahaan asal Hong Kong, yang akan membeli 1.080 lembar saham PT Skoring Kredit Inklusif atau dikenal dengan Digiscore dari Chandra Kusuma. Tak hanya itu, Chandra Kusuma juga bakal menjual kepemilikan 214 lembar saham pada PT Finansial Global Ventura.

“Pengalihan saham tersebut akan mengakibatkan perubahan pengendalian terhadap perseroan,” tulis perusahaan dalam pengumumannya, beberapa waktu lalu.

Adapun, bisnis utama dari Digiscore ini adalah penyedia jasa scoring credit yang bertujuan untuk memudahkan lembaga keuangan mengambil keputusan saat akan melakukan penilaian kredit.

Baca Juga: Perbankan Genjot Penyaluran Kredit Lewat Kanal Digital

Tak hanya itu, lembaga keuangan bisa menggunakan layanan yang dimiliki Digiscore untuk melakukan identifikasi pribadi, seperti identifikasi kartu identitas, deteksi hidup, pengenalan wajah untuk menghindari adanya penipuan.

Melihat fenomena tersebut, Ketua Dewan Pengawas Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) Rudiantara mengatakan bahwa bisnis Digital Credit Scoring ini memang memiliki prospek yang bagus. Mengingat, credit scoring dibutuhkan dalam proses sebelum pemberian kredit.

“Digital credit scoring ditujukan bagi calon borrower kategori  underbanked atau unserved. Ini untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia,” ujar Rudiantara.

Rudiantara menjelaskan, jika dikombinasikan antara yang lembaga keuangan konvensional dengan penyedia jasa credit scoring yang ditujukan untuk yang underbanked atau unserved,  maka skala ekonominya akan membesar dan investor bakal lebih banyak melirik.

“Terlebih bila credit scoring ini dikembangkan dengan peruntukan di luar pemberian kredit seperti untuk menjaring dan menyaring keanggotaan layanan lain,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×