Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Bank Harda Internasional Tbk resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan melepas 800 juta saham ke pasar. Dengan terselenggaranya penawaran umum perdana saham atawa initial public offering (IPO) ini, perseroan menargetkan dapat meraup dana sebesar Rp 100 miliar.
Namun, bank yang tercatat dengan kode emiten BBHI di papan bursa ini mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed saat IPO. Di mana oversubscribed tersebut mencapai 2,54 kali atau sebesar Rp 254 miliar dari target awal Rp 100 miliar.
Direktur Utama Bank Harda, Antonius Prabowo Argo mengatakan pihaknya cukup terkejut dengan tingginya minat investor terhadap saham bank Harda.
"Salah satu hal yang tidak kami prediksi. Ternyata investor berbondong membeli saham di gerai kami," kata Antonius, Rabu (12/8).
Terkait kondisi pasar dan situasi ekonomi yang sedang melemah saat ini, Antonius menjelaskan, sebenarnya perseroan memiliki rencana awal untuk melakukan IPO pada tahun lalu. Namun niatan tersebut ditunda menjadi tahun ini dengan alasan pelaksanaan Pemilu.
"Setelah Pemilu, banyak yang berharap iklim ekonomi lebih bagus, maka itu kami IPO. Tidak pernah kami mengira indeks sampai saat ini di level 4.500. Makanya itu dengan segala konsekuensi harus tetap berjalan IPO ini," jelasnya.
Lautandhana Securindo merupakan penjamin emisi IPO Bank Harda. Masa penawaran umum (offering period) dilakukan dari tanggal 4 sampai 6 Agustus 2015.
"Investor asing ada yang sempat melakukan penawaran, tapi karena nilai IPO tidak terlalu besar, maka kami utamakan lokal dulu," ujar Direktur Utama PT Lautandhana Securindo, Wientoro Prasetyo.
Seperti diketahui, pada awalnya Bank Harda berencana melepas sebanyak 900 juta saham kepada publik atau setara 25% dari total modal ditempatkan dan disetor penuh dengan harga penawaran Rp 115-Rp 150 per lembar. Namun, menjelang masa penawaran umum, perseroan memangkas jumlah saham menjadi 800 juta lembar dengan harga perdana per saham sebesar Rp 125.
"Memang diturunkan (jumlah saham) karena kami merasa hal itu merupakan yang terbaik, melihat kondisi pasar. Meskipun turun, tapi menurut kami sudah cukup untuk mendukung kinerja perseroan," katanya.
Catatan saja, pada saat pembukaan perdagangan perdana, saham Bank Harda dengan kode BBHI ini menanjak 7,2% ke level Rp 134 per lembar dari Rp 125 per saham. Setelah IPO, kepemilikan saham Bank Harda berubah menjadi sebesar 72,66% digenggam PT Hakim Putra Perkasa, 21,43% dimiliki publik, sebanyak 5,43% dimiliki Kwee Sin To dan sisanya 0,03% milik Karyawan Bank Harda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News