Reporter: Sanny Cicilia,Arthur Gideon,Magdalena Sihite | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Hanya dalam waktu efektif dua hari kerja, Bank Indonesia (BI) menggelontorkan likuiditas sebesar Rp 9,24 triliun ke perbankan. Caranya, dengan menggelar Operasi Pasar Terbuka (OPT) Repurchase Option (Repo) alias gadai Surat Utang Negara (SUN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan jangka waktu 14 hari.
Hari ini (19/9), melalui OPT yang sifatnya ekspansif tersebut, BI juga mengucurkan likuiditas ke pihak perbankan sebesar Rp 4,74 triliun. Sebelumya, pada Jumat lalu (19/9), Bank Indonesia juga menggunakan cara yang sama untuk menyalurkan likuiditas sebesar Rp 4,5 triliun.
Direktur Perencanaan Strategis dan Hubungan masyarakat BI Dyah Nastiti K Makhijani mengatakan, OPT ini dilakukan untuk menambah likuiditas di perbankan. Namun, Dyah membantah bahwa likuiditas perbankan sedang seret. "Ini untuk antisipasi saja," katanya.
Gonjang-ganjing yang terjadi di sektor finansial dunia menjadi alasan BI melakukan antisipasi ini. Masalah yang melanda sektor finansial di Amerika Serikat, sedikit banyak memberi imbas pada kondisi pasar dalam negeri. Sedangkan di dalam negeri, pertumbuhan kredit bank semakin membalap likuiditas. "Semuanya sedang terjadi di saat bersamaan," katanya.
Hari Raya Lebaran juga menjadi perhitungan BI menjaga likuiditas di bank. Soalnya, menjelang Lebaran, uang mengalir ke luar perbankan. Seorang eksekutif di BI mengatakan, uang yang keluar dari bank selama bulan puasa saja bisa sampai Rp 40 triliun. Namun kondisi ini diprediksi akan kembali normal setelah Lebaran.
Direktur Keuangan dan Perencanaan PT Bank Bukopin Tbk Tri Joko Prihanto bilang, Bank Bukopin ikut serta dalam repo SUN dan SBI yang dilakukan oleh BI tersebut. "Jumlahnya tak terlalu banyak, hanya sekitar Rp 500 miliar," tuturnya hari ini (22/9). Dibandingkan dengan jumlah asetnya yang mencapai Rp 36 triliun, Tri Joko mengatakan, aset Bukopin masih kuat.
Alasan Bukopin melakukan repo karena sekadar menggunakan instrumen moneter yang disediakan oleh Bank Indonesia. Tri Joko menambahi, Bank Bukopin menggunakan semua instrumen yang mereka punyai dari pinjaman antar bank, menghimpun dana dari masyarakat dan juga repo tersebut.
Untuk ke depannya, tidak menutup kemungkinan Bank Bukopin akan melakukan repo lagi jika memang memerlukannya. Dia bilang, kalau aturan repo yang baru saat ini cukup menarik untuk mendapatkan likuiditas.
Tapi, ada juga bank-bank yang masih belum mau terburu-buru menggunakan fasilitas BI ini. Maklum, fasilitas BI ini bisa digunakan sebagai cadangan terakhir paling wahid kalau-kalau likuiditas di kalangan perbankan benar-benar kering. "Masih cukup dengan menggunakan deposito atau pencairan SBI," kata Direktur Bank UOB Buana Saffrulah Hadi Saleh.
Alasan ini juga dipakai oleh bank-bank lain yang belum menggunakan fasilitas BI ini. Direktur Utama Bank Windu Muchlis Haroen mengatakan, pertumbuhan kredit banknya tidak terlalu ekspansif tahun ini sehingga likuiditas masih terjaga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News