Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca pelonggaran pembatasan sosial berskala besar (PSBB), perusahaan pembiayaan kembali memacu penyaluran pembiayaan secara hati-hati. Pendanaan dilakukan guna mendukung bisnis perusahaan.
Belum lagi, perusahaan pembiayaan harus memenuhi kewajiban utang maupun kredit jatuh tempo dari pemberi dana. Karenanya, perusahaan pembiayaan mulai merilis surat utang untuk menjaga likuiditas keuangan.
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (AMDF) misalnya telah merilis Obligasi PUB V dan Sukuk Mudharabah IV Tahun 2020 senilai Rp 1,5 triliun pada Juli 2020 lalu.
Baca Juga: Pembiayaan baru Adira Finance hanya Rp 10,1 triliun kuartal II-2020
Direktur Keuangan Adira Finance I Dewa Made Susila bilang sebenarnya perusahaan hanya membutuhkan pendanaan senilai Rp 12 triliun. Menurutnya, perusahaan telah menandatangani fasilitas stand by loan dari Bank MUFG sebesar US$ 280 juta. Pinjaman ini merupakan dukungan dari MUFG sebagai pemegang saham AMDF untuk mendukung likuiditas keuangan.
Bahkan pada awal 2020, Adira memperoleh pinjaman sindikasi offshore sebesar US$ 300 juta. Made menyatakan hingga 30 Juni 2020, komposisi pinjaman eksternal Adira Finance terdiri atas 60% pinjaman bank baik onshore dan offshore dan 40% berasal dari obligasi dan sukuk.
“Dalam menghadapi kondisi krisis pandemi saat ini, kami telah memenuhi tingkat likuiditas dan kebutuhan pendanaan. Kami memiliki sumber pendanaan yang terdiversifikasi meliputi pembiayaan bersama dengan Bank Danamon, dan pinjaman eksternal terdiri atas fasilitas kredit dari perbankan baik dari onshore maupun offshore, dan penerbitan obligasi. Pembiayaan bersama mewakili dari 44% dari piutang yang dikelola,” tutur Made, Selasa (4/8).
Begitupun dengan PT BFI Finance Indonesia Tbk akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan IV BFI Finance Indonesia Tahap III Tahun 2020 dengan nilai emisi sebesar Rp 500 miliar. Pendanaan itu bakal digunakan untuk menopang pembiayaan di paruh kedua 2020.
Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan BFI Finance, Sudjono bilang sektor pembiayaan Indonesia memang menghadapi tekanan signifikan dari sisi pertumbuhan bisnis, profitabilitas, dan kualitas aset dari perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi covid-19 dan langkah-langkah pembatasan sosial yang diberlakukan pemerintah.
Ia menyebut PT Fitch Ratings Indonesia memperkirakan BFI Finance akan memiliki likuiditas yang memadai untuk menyerap dampak dari pendapatan yang lebih rendah dan biaya kredit yang lebih tinggi yang disebabkan oleh pandemi. Marjin BFI Finance lebih tinggi daripada peer-nya, karena merupakan pemimpin pasar dalam segmen pembiayaan mobil bekas.
Baca Juga: Hingga 28 Juli, restrukturisasi kredit multifinance tembus Rp 151,01 triliun
“Sejalan dengan perkiraan tersebut, BFI Finance telah melakukan manajemen keuangan dan manajemen risiko yang berhati-hati, dimana pencadangan kerugian piutang telah ditingkatkan dari 2,0% di akhir 2019 menjadi 6,0% di akhir semester I-2020. Langkah ini untuk mengantisipasi potensi kerugian piutang yang akan timbul pada semester II,” papar Sudjono.
Ia mengaku BFI Finance juga memiliki rasio utang atau gearing ratio yang sangat rendah di level 1,7 kali dibandingkan rata-rata industri. Adapun total ekuitas masih besar senilai Rp6,1 triliun atau setara dengan minimal permodalan Bank BUKU III.
“Dengan risiko usaha dan likuiditas yang tetap terjaga pada semester I tahun 2020, BFI Finance juga merupakan salah satu perusahaan publik yang melakukan pembayaran dividen tunai sebesar Rp180 miliar di akhir bulan Juli 2020 secara konsisten seperti di tahun-tahun sebelumnya,” kata Sudjono.
Tak mau kalah, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) juga merilis Obligasi Berkelanjutan V Mandiri Tunas Finance Tahap I Tahun 2020. Dalam prospektus ringkas yang diterbitkan tanggal 13 Juli 2020, Surat utang terbaru itu akan digunakan untuk mendukung penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor dengan menambah permodalan senilai Rp 1 triliun.
Direktur Keuangan MTF Armendra mengatakan pendanaan ini akan digunakan sebagai modal kerja untuk pembiayaan kendaraan bermotor perseroan di paruh kedua 2020.
“Kami juga yakin ekonomi akan rebound di kuartal IV-2020, sehingga sektor multifinance akan tetap bertumbuh di tahun 2021 meski terjadi perlambatan di tahun ini,” ujar Armendra
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News