Reporter: Ferrika Sari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Jasa Raharja menargetkan premi atau iuran meningkat 5% tahun ini. Target tersebut cenderung konservatif dengan realisasi pertumbuhan premi tahun lalu sekitar 4% secara year on year (yoy).
Direktur Utama Jasa Raharja Budi Rahardjo Slamet menjelaskan, pertumbuhan premi tahun lalu cenderung melambat karena terpengaruh kondisi makro ekonomi. Misalnya harga pesawat naik maka jumlah penumpang turun dan berpengaruh terhadap premi yang diperoleh.
Baca Juga: Holding asuransi mundur, Kementerian BUMN: Dana nasabah Jiwasraya tetap dibayar Maret
Selain kenaikan tiket pesawat, perlambatan penjualan kendaraan juga menekan perolehan premi Jasa Raharja pada tahun lalu khususnya mobil. “Seperti contoh penjualan kendaraan roda dua hanya tumbuh 1,6% tahun lalu, sedangkan roda empat minus 10%. Bagaimana penjualan kendaraan berpengaruh terhadap Jasa Raharja,” kata Budi di gedung DPR, Jakarta, pekan lalu.
Dengan kondisi tersebut Jasa Rahaja siapkan strategi perbaiki kinerja. Pihaknya terus menyinergikan Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) dalam menyelesaikan potensi tunggakan pembayaran premi, sumbangan wajib dan pajak kepada pemilik kendaraan. “Kami bisa melakukannya dengan mendatangi lewat cara door to door, jemput bola atau sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,” ungkapnya.
Baca Juga: Tunggu PP terkait Bahana, holding asuransi akan segera meluncur bulan ini
Hal ini juga dibarengi peningkatan layanan untuk menyempurnakan bisnis proses perusahaan seperti layanan Teknologi Informasi (IT), Sumber Daya Manusia (SDM) serta sinergi dengan mitra Kepolisian. “Awal Februari 2020 kemarin kami bekerja sama dengan Kapolri untuk bisa memperoleh data-data korban kecelakaan lebih akurat dan cepat agar bisa memastikan perlindungan kepada mereka lebih cepat juga,” jelasnya.
Jasa Raharja juga mengelola dana kelolaan berpegang pada prinsip investasi yang prudent, hasil investasi yang oke serta likuid. Terlebih, Jasa Raharja menggunakan Manajer Investasi (MI) dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN). “Biaya operasional bukan kami terima dari iuran tapi hasil investasi yang cukup tinggi dan prundent. Dibilang (investasi) konservatif tidak juga, tapi aman-aman saja,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News