Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tren pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), transaksi valuta asing (valas) di industri perbankan mengalami peningkatan.
Pada perdagangan Senin (2/12/2024), rupiah mengalami pelemahan sekitar 0,36% di pasar spot dan ditutup pada level Rp 15.906 per dolar AS.
Senior Executive Vice President (SEVP) Tresuri BNI, Ita Tetralastwati, mengatakan berdasarkan trennya terdapat peningkatan aktivitas transaksi valas terutama pada mata uang utama seperti USD dan SGD yang banyak digunakan untuk perjalanan liburan, pembayaran biaya pendidikan, dan aktivitas perdagangan internasional yang biasanya meningkat menjelang tutup tahun.
Baca Juga: Likuiditas Valas Industri Perbankan Mengetat, Begini Upaya Antisipasi Sejumlah Bank
"Volume transaksi valas naik 15% secara tahunan atau year on year (YoY) pada Oktober 2024. Peningkatan volume transaksi ini in-line dengan peningkatan frekuensi transaksi valas nasabah," ungkap Ita kepada kontan.co.id, Senin (2/12).
Selain itu, kata Ita, lebih banyak nasabah yang melakukan pembelian valas karena kebutuhan pembayaran kewajiban di akhir tahun termasuk liburan. Namun transaksi penjualan valas juga dilakukan terutama oleh nasabah korporasi yang memiliki surplus Devisa Hasil Ekspor (DHE).
"BNI juga melihat permintaan dari segmen korporasi dan ritel diproyeksikan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan perdagangan dan kebutuhan individu," tambahnya.
Sejalan dengan itu, kondisi likuiditas valas dalam mata uang dolar AS di BNI disebut Ita saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan aset dan pinjaman jatuh tempo sampai akhir 2024.
Baca Juga: BSI Catat Pembiayaan Rp 267,06 Triliun pada Kuartal III-2024, Ini Pendorongnya
Likuiditas tersebut didukung oleh DPK dan pendanaan non-DPK. Untuk non-DPK seperti yang sudah dilakukan melalui Penerbitan green bond senilai US$ 500 juta pada semester I-2024 dan tambahan US$ 600 juta di bulan November ini melalui pinjaman dari enam Global Banks (Club Loan).
Ia juga optimistis dengan kondisi likuiditas valas hingga akhir tahun, dengan kontribusi utama yang berasal dari dana murah (CASA) yang berkelanjutan untuk memperkuat likuiditas BNI.
Senada, EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengakui transaksi valas BCA bertumbuh positif, kendati tak berkenan menyebut angkanya.