kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang tutup tahun, konsolidasi perbankan makin ramai


Minggu, 20 Desember 2020 / 16:44 WIB
Jelang tutup tahun, konsolidasi perbankan makin ramai
ILUSTRASI. Kolaborasi Pembiayaan Digital, Akulaku Finance dan Bank Jago Jalin Kerja Sama Channeling


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menjelang akhir tahun 2020, tren konsolidasi perbankan semakin ramai. Salah satu pendorongnya antara lain Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 12 tentang Konsolidasi Bank Umum.

Beberapa bank bahkan sudah menyelesaikan proses konsolidasi tersebut. Terbaru misalnya PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang baru saja mendapatkan tambahan dana dari PT Dompet Karya Anak Bangsa atau GoPay milik Gojek.

Direktur Utama Gopay dalam keterangan resminya menyebut telah menambah kepemilikan saham di Bank Jago dari 4,14% menjadi 22,16% dari total saham Bank Jago.

Itu artinya, GoJek melalui GoPay telah mengucurkan dana seniali Rp 2,25 triliun untuk aksi korporasi tersebut. Ia menyatakan tujuan transaksi pembelian saham tersebut memiliki tujuan untuk berinvestasi.

Baca Juga: BNI Syariah luncurkan kartu BNI iB Hasanah Card desain khusus Qanun Aceh

Kharim Siregar, Direktur Utama Bank Jago menyambut baik kerjasama dengan Gojek yang memiliki jutaan konsumen dan mitra usaha di seluruh Indonesia.

Menurutnya, keduanya akan saling melengkapi. Menurutnya, kolaborasi strategis antara Bank berbasis teknologi seperti Jago dan super-app seperti Gojek merupakan yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.

Kolaborasi mendalam ini akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dan bisa terus menjadikan Indonesia tuan rumah di negeri sendiri. "Sebagai bank berbasis teknologi yang dirancang khusus dengan sistem API terbuka, Bank Jago juga akan bekerja sama dengan pemain-pemain ekosistem digital lain untuk memperluas akses keuangan," kata Kharim, Jumat (18/12) lalu.

Lalu, ada pula PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) yang telah mengantongi setoran modal dari Pemerintah Provinsi Banten melalui PT Banten Global Development senilai Rp 1,55 triliun di bulan November 20209 lalu.

Setoran modal pemerintah Provinsi Banten tersebut masuk dalam bagian aksi korporasi penawaran umum terbatas (PUT) VI yang dilakukan untuk menyehatkan kondisi keuangan perseroan. Perlu diketahui, setoran modal Pemda Banten melalui PT Banten Global Development (BDG) merupakan perpindahan dana dari kas daerah yang sebelumnya telah disimpan dalam rekening BEKS ke dalam aset Bank Banten.

Baca Juga: Ini persiapan bank BUMN jalankan spesifikasi sektor sesuai arahan Kementerian BUMN

Adapun dengan tambahan dana tersebut kini capital adequacy ratio (CAR) perseroan tercatat mencapai  54,10%. Tambahan modal tersebut juga membuat Bank Banten kini resmi menyandang status sebagai BUKU 2.

Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa menjelaskan dana yang didapat dari hasil PUT VI itu akan dipergunakan untuk meningkatkan ekspansi bisnis sekaligus struktur keuangan perusahaan. Fahmi juga mengisyaratkan pihaknya bakal memperoleh tambahan modal lagi nantinya.

Hanya saja, untuk saat ini pihaknya lebih fokus untuk menuntaskan PUT VI sambil memanfaatkan dana yang ada untuk memperbaiki kinerja yang sempat merosot. "Untuk tambahan modal selanjutnya, kami masih fokus di PUT VI dan melihat hasilnya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (20/12).

Aksi konsolidasi bank juga diramaikan oleh aksi korporasi konglomerat Tanah Air Chairul Tanjung. Terbaru, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memberi restu untuk melanjutkan rencana CT Corp untuk mengambilalih (akuisisi) PT Bank Harda internasional Tbk (BBHI).

Dalam keterbukaan informasi, Rabu (16/12), pihak Mega Corpora menyebut telah memperoleh persetujuan dari OJK dan akan melanjutkan proses aksi korporasi ke tahap pengajuan permohonan izin pengambilalihan. Hal ini tentu dengan memperhatikan ketentuan OJK di bidang perbankan dan pasar modal.

"Rencana pengambilalihan masih dalam proses pelaksanaan persetujuan RUPSLB sebagai salah satu syarat untuk memperoleh izin pengambilalihan dari OJK," tulis manajemen Bank Harda yang ditandatangani oleh Direktur Bank Harda Yohanes Sutanto dan Direktur Mega Corpora Ali Gunawan.

Baca Juga: Ini persiapan Bank Mandiri ikuti arahan Kementerian BUMN soal spesifikasi bank BUMN

Sekadar informasi, Mega Corpora memang berniat untuk mengambilalih 3,08 miliar saham Bank Harda. Nilai itu setara 73,71% dari modal ditempatkan dan disetor perusahaan.

Bank Harda bukan satu-satunya bank yang diborong sahamnya oleh Mega Corpora. Sebelumnya, PT Bank Pembangunan Daerah Bengkulu (Bank Bengkulu) dalam RUPSLB telah menyetujui rencana investasi dari perusahaan milik CT. Langkah itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan modal inti minimum Rp 1 triliun pada akhir tahun 2020.

Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank Bengkulu Fanny Irfansyah mengatakan, setelah persetujuan RUPSLB maka pihaknya akan segera menyiapkan berkas-berkas pembelian saham itu.

"Tahapan berikutnya hasil RUPS-LB ini kemudian akan kita tuangkan dalam bentuk surat untuk dikirim ke pihak PT Mega Corpora. Kemudian menunggu balasan surat tersebut. Setelahnya kita melakukan proses Perjanjian Kerjasama (PKS) dalam waktu dekat ini," katanya beberapa waktu lalu.

Lalu di akhir tahun ini, anak usaha milik PT Bank Bukopin Tbk yakni PT Bank Syariah Bukopin (BSB) juga akan melakukan konsolidasi. Direktur Utama Bank Bukopin Rivan A. Purwantono menyebut, pihaknya akan menyuntikkan modal ke anak usahanya hingga modal inti sebesar Rp 1 triliun.

"Kemungkinan besar tahun ini, total modalnya akan menjadi Rp 1 triliun," kata Rivan (16/12). Sebagai informasi saja, merujuk laporan keuangan BSB hingga September 2020 perseroan memang baru memiliki modal inti sebesar Rp 706,82 miliar.

Memakai asumsi tersebut, artinya di tahun ini BSB bakal mendapat injeksi dana sebesar Rp 300 miliar. Rivan sebelumnya menjelaskan, tambahan modal itu akan dilakukan tanpa skema penerbitan saham anyar alias private placement.

Dananya juga akan berasal dari kocek Bank Bukopin selaku pemegang saham pengendali BSB. Rivan juga melanjutkan, tambahan modal itu telah mendapatkan restu dari pemegang saham Bukopin yakni KB Kookmin Bank.

Selanjutnya: Gelontorkan investasi Rp 2,25 triliun, Gojek menggenggam 22% saham Bank Jago

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×