kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jumlah Kredit Bermasalah Bank BUMN Mencapai Rp 75,65 Triliun


Rabu, 09 Agustus 2023 / 12:38 WIB
Jumlah Kredit Bermasalah Bank BUMN Mencapai Rp 75,65 Triliun
ILUSTRASI. Pameran produk UMKM binaan BRI?pada ANTAD & Alimentaria Expo yang diselenggarakan di Kota Guadalajara, Meksiko.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) himpunan bank milik negara (Himbara) terhadap total kreditnya tercatat mengalami penurunan. Meski secara rasio masih rendah, namun total nilai kredit bermasalah tersebut cukup besar. Pasalnya, jumlah kredit bank pelat merah jumbo.

Tantangan bank Himbara dalam menjaga kualitas aset juga masih berat karena jumlah oustanding kredit terdampak covid-19 yang masih dalam proses restrukturisasi besar. Setelah masa relaksasi retsrukturisasi itu berakhir pada Maret 2024, kredit itu tidak lagi masuk kategori lancar. Kredit dari debitur yang bisnisnya belum pulih tentu akan downgrade jadi NPL.

Bank Mandiri misalnya, masih memiliki kredit restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 38,9 triliun per Juni 2023. Berdasarkan materi paparn kinerja perseroan, jumlah tersebut terdiri dari Rp 26,6 triliun restruktrisasi bank only dan Rp 12,3 triliun. 

Restrukturisasi Covid-19 di Bank Negara Indonesia (BNI) mencapai Rp 40,6 triliun di periode tersebut. Sebanyak Rp 2,2 triliun dari angka tersebut sudah NPL, Rp 5,3 triliun dalam kategori special mention loan (SML) dan Rp 33,1 triliun dalam kategori lancar. 

Di Bank Tabungan Negara (BTN), jumlahnya sebesar Rp 29,51 triliun. Itu terdiri dari Rp 9,37 triliun dari KPR subsidi,  Rp 10,8 triliun KPR non subsidi,  Rp 1,9 triliun kredit komersial, Rp 5,8 triliun kredit korporasi dan Rp 1,65 triliun dari pembiayaan syariah. Adapun Bank Rakyat Indonesia (BRI) mencatat outstanding restrukturisasi Covid-19 di BRI secara bank only mencapai Rp 99,8 triliun per Maret 2023.

Sementara total nilai kredit bermasalah di empat bank Himbara mencapai sekitar Rp 75,65 triliun. Rinciannya, NPL Bank Mandiri  Rp  14,9 triliun per Juni 2023 dengan rasio 1,53% terhadap total jumlah kreditnya, NPL BNI Rp 15,8 triliun dengan rasio 2,5%, dan NPL BTN mencapai Rp 11,25 triliun dengan rasio 3,66%. Lalu, NPL BRI tembus Rp 32,1 triliun dengan rasio 3,03% per Maret 2023.

NPL Bank Mandiri mengalami penurunan dari posisi Juni 2022 yang tercatat sebesar Rp 21,8 triliun atau dengan rasio 2,47%. Di saat yang sama, outstanding kredit bank berlogo pita kuning biru ini tumbuh 11,8% secara tahunan jadi Rp 1.272 triliun.

Baca Juga: Hingga Akhir 2023, BTN Targetkan NPL Bisa Ditekan di Level 3,4%

Kredit bermasalah  Bank Mandiri terdiri dari segmen mikro mencapai Rp 2,06 triliun, dari segmen usaha kecil dan menengah Rp 710 miliar, segmen konsumer Rp 2,25 triliun, segmen korporasi  Rp 3,57 triliun, dan komersial Rp 6,33 triliun. Bank Mandiri telah melakukan mitigasi risiko kredit dengan melakukan pencadangan terhadap total NPL konsolidasi sebesar 304%. 

Sedangkan NPL BRI terdiri dari segmen mikro sebesar Rp 12,6 triliun, segmen kecil mencapai Rp 9,9 triliun, segmen medium Rp 618 miliar, segmen konsumer Rp 3,49 triliun, dan korporasi Rp 7,98 triliun. BRI sudah melakukan pencadangan terhadap NPL sebesar Rp 86,4 triliun atau dengan NPL coverage 268,9%.

Kredit bermasalah di BNI berasal dari segmen usaha kecil sebesar Rp 3,39 triliun, dari kredit konsumer Rp 2,21 triliun, segmen menengah Rp 6 triliun, dan dari segmen korporasi senilai Rp 4,17 triliun.

Adapun NPL BTN terdiri dari kredit bermasalah KPR Subsidi mencapai Rp 2,49 triliun, KPR non subsidi mencapai Rp 2,24 triliun, kredit perumahan lain-lain Rp 240 miliar, konstruksi perumahaan Rp 5,04 triliun atau 26,27% dari Rp 19,22 triliun nilai portofolionya, konsumer non perumahan mencapai 1,5% dari portofolio senilai Rp 6,54 triliun, segmen komersial non perumahan Rp 996 miliar, dan segmen korporasi hanya 0,61% dari Rp 21,34 triliun nilai portofolionya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×