Reporter: Mona Tobing | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Danareksa Finance bakal berekspansi pada tahun ini. Mereka meningkatkan permodalan untuk memperbesar kapasitas pembiayaan. Manajemen menargetkan, total pembiayaan tahun ini mencapai Rp 1 triliun.
Peningkatan permodalan berasal dari induk usahanya, PT Danareksa, berupa suntikan modal sebesar Rp 70 miliar pada April 2013. "Dengan modal yang semakin besar, kemampuan menyalurkan pembiayaan juga meningkat," kata Poedji Goesarianto, Direktur Utama Dareksa Finance, akhir pekan lalu.
Menurutnya, sebagian besar pembiayaan mengalir ke sektor bisnis anjak piutang (faktoring) yang mencapai 95% dari total target. Sisanya berasal dari pembiayaan sewa guna usaha.
Anjak piutang itu menyasar di proyek jalan raya, jembatan, rel kereta api dan bendungan milik badan usaha milik negara (BUMN). "Kami fokus di proyek infrastruktur BUMN, tapi ada juga klien dari swasta," ujar Poedji. Pihak swasta yang ingin mendapatkan jasa pembiayaan dari Danareksa Finance harus memiliki proyek yang bersumber dari APBN.
Sepanjang tahun 2012, Danareksa Finance mencatat pembiayaan sebesar Rp 520 miliar, tumbuh 26% dibandingkan tahun 2011. Khusus Januari lalu, mereka membiayai piutang pembiayaan sebesar Rp 160 miliar.
Agar target pembiayaan tercapai, manajemen berencana menerbitkan surat utang jangka menengah atau medium term notse (MTN). Namun belum jelas nilai MTN tersebut. Pastinya, surat utang itu akan terbit pada kuartal III atau IV tahun ini.
Sebelumnya, manajemen menerbitkan MTN senilai Rp 35 miliar pada 16 Mei 2012. Surat utang itu jatuh tempo 21 Mei 2013 dengan kupon 10% per tahun.
Selama ini, sumber pendanaan Danareksa Finance berasal dari induk usaha 100%. "Pendanaan dari MTN itu hanya untuk jaga-jaga bila kurang," jelas Poedji.
Asal tahu saja, anak usaha Danareksa Finance sebenarnya sudah berdiri sejak 1992 silam. Namun, perusahaan ini sempat vakum mulai tahun 1997 dan baru beroperasi kembali pada tahun 2005.
Berbeda dengan multifinance pada umumnya, Danareksa Finance tidak menyasar bisnis pembiayaan konsumen. Alasannya, pemain di pembiayaan konsumen sudah banyak sehingga persaingannya sangat ketat. Sektor pembiayaan konsumen juga padat karya, membutuhkan lebih banyak infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News