kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.753   42,00   0,27%
  • IDX 7.468   -11,36   -0,15%
  • KOMPAS100 1.154   0,16   0,01%
  • LQ45 915   1,77   0,19%
  • ISSI 226   -0,94   -0,41%
  • IDX30 472   1,65   0,35%
  • IDXHIDIV20 569   1,75   0,31%
  • IDX80 132   0,22   0,17%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,25   0,16%

Kekurangan 750 SDM di bidang TI, ini solusi Bank Mandiri


Senin, 13 Mei 2019 / 15:15 WIB
Kekurangan 750 SDM di bidang TI, ini solusi Bank Mandiri


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk mengatakan memiliki kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang cukup tinggi di bidang Teknologi Informasi (TI). Direktur TI dan Operasi Bank Mandiri Rico Ustahiva Frans menjelaskan perusahaan setidaknya membutuhkan sekitar 500 hingga 750 karyawan TI di tahun 2019 saja.

"Sejak berdiri tahun 1998 lalu, Bank Mandiri mengandalkan development di luar (pihak ketiga). Sejak 3-4 tahun terakhir kita mulai rekrut profesional TI untuk melakukan in house development," katanya saat ditemui di Jakarta, Senin (13/5).

Hal ini menurut Rico merupakan tantangan bagi perbankan yang saat ini terus berkembang pesat. Untuk mencapai jumlah tersebut, salah satu upaya yang bakal dilakukan oleh Bank Mandiri adalah menggelar kompetisi Hackathon bertajuk What The Hack pada 27 Juni-30 Juni 2019 mendatang.

Lewat cara tersebut, Mandiri akan menjaring SDM potensial untuk direkrut. Hingga saat ini menurut Rico sudah ada 4.300 lebih pendaftar. Dari jumlah tersebut Bank Mandiri akan menyeleksi 150 kandidat terpilih. Mereka akan terbagi ke dalam 50 tim beranggotakan tiga orang, di mana masing-masing anggota memegang tanggung jawab sebagai Developer, Scrum Master, dan Designer.

"Kalau melakukan rekrutmen dengan jalan normal mungkin akan sulit, salah satu terobosannya melalui Hackaton ini," terangnya. 
Menurutnya, ada beberapa pengembangan digital banking yang bisa digarap secara internal oleh Bank Mandiri. Semisal, tabungan digital, pinjaman dan layanan digital yang sebelumnya hanya bisa dilakukan secara konvensional. 

Nantinya, karyawan TI yang dinilai baik kelak dapat dialihkan untuk melakukan pengembangan di anak usaha Bank Mandiri.

Di samping itu, pengembangan digital banking menurut Rico saat ini sudah tidak lagi terbatas dari dalam perusahaan saja melainkan secara terbuka. Semisal kerjasama teknologi dengan perusahaan teknologi finansial (Tekfin) atau e-commerce seperti yang dilakukan Bank Mandiri dengan Tokopedia.

Bukan cuma dari sisi SDM saja, Mandiri juga berinvestasi sebesar Rp 2,4 triliun untuk pengembangan TI. Nilai tersebut menurut Rico setidaknya meningkat sebesar 25%-30% dibandingkan dengan jumlah anggaran yang digelontorkan pada tahun lalu.

Dari jumlah tersebut, sekitar Rp 500 miliar-Rp 600 miliar akan digunakan untuk pengembangan digital retail banking, sementara sisanya untuk perbaikan, peremajaan infrastruktur TI Bank Mandiri.

Wajar jika bank bersandi emiten BMRI ini mendorong perkembangan TI. Sebab, saat ini menurut Rico sudah 95% lebih transaksi nasabah Bank Mandiri telah mengandalkan e-channel.

Mandiri memiliki jumlah nasabah yang sangat besar. Per kuartal I-2019 jumlah nasabah simpanan mencapai 24,9 juta sementara jumlah debitur mencapai 1,8 juta. Dalam periode Januari-Maret 2019 saja Bank Mandiri mendapatkan 1,4 juta nasabah simpanan baru dan debitur baru sebanyak 188.000. 
"Dunia digital akan mendisrupsi kebutuhan SDM, banyak SDM baru yang sebelumnya tidak dibutuhkan sekarang dibutuhkan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×