Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) selama tiga tahun terakhir terus mengembangkan teknologi informasi (IT) agar bisa bersaing dalam industri 4.0.
Kepala Divisi Pengembangan IT Askrindo Rachmad Hidayat mengatakan, pengembangan teknologi diperlukan untuk pencatatan produksi secara tepat. Selain itu, mempercepat analisa underwriting untuk mengurangi nilai kerugian karena potensi klaim lebih besar.
"Dengan begitu, di masa mendatang kami bisa mitigasi atau dengan kata lain tingkat akurasi analisa semakin tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan," kata Rachmad, dalam keterangan resmi, Selasa (23/3).
Baca Juga: Sequis Life bayarkan klaim Covid-19 sebesar Rp 27,38 miliar di tahun 2020
Ia mengatakan, perusahaan menganggarkan belanja modal sekitar Rp 250 miliar untuk mengembangkan teknologi tersebut. Diharapkan seluruh peta jalan (road map) yang disusun sejak 2018 bisa diimplementasikan pada tahun ini mulai dari pusat, cabang hingga kepada mitra bisnis.
Di sisi lain, Askrindo terus berupaya mengembangkan produk bisnis sesuai dengan perkembangan industri dan kebutuhan masyarakat, sehingga tetap bisa membukukan kinerja positif di tengah Pandemi.
Asuransi yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini, tengah berupaya mengembangkan produk-produk retail melalui asuransi umum, hingga merambah asuransi bisnis financial technology (fintech). Perusahaan juga fokus menggenjot bisnis komersial dan korporasi sehingga semakin melengkapi produk dan layanan yang ada.
Sejak kuartal tiga 2020, Askrindo semakin aktif menggenjot bisnis retail seperti asuransi kebakaran, kecelakaan hingga perjalanan, dengan total pemegang polis hingga awal Maret mencapai sekitar 21.000 polis dan nilai pertanggungan sekitar Rp 24 miliar.
Baca Juga: Askrindo targetkan premi bisnis ritel dan fintech capai Rp 20 miliar di tahun ini
Selain menggenjot bisnis retail, anak usaha Indonesia Financial Group ini, juga mendongkrak bisnis fintech yang semakin menjamur di Indonesia, baik melalui produk konvensional maupun produk produktif dan konsumtif.
Fintech yang diincar oleh Askrindo tentunya yang memiliki track record baik dengan tingkat kolektibilitas tinggi, telah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan menjadi anggota Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).
Selanjutnya: Begini tanggapan pelaku usaha terkait aturan manajemen risiko TI sektor non bank
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News