Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Bank Permata Tbk mencatatkan kinerja yang terus menurun sejak awal tahun ini. Sampai Oktober 2016, tercatat rugi bersih bank berkode saham BNLI ini membengkak menjadi Rp 1,3 triliun. Bulan sebelumnya, kerugian bank ini senilai Rp 1,24 triliun.
Kerugian yang dicatat pada Oktober 2016 berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu di mana Bank Permata masih mencatatkan laba bersih Rp 831 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan bulanan Oktober 2016 yang dirilis Bank Permata (2/12), kerugian ini disebabkan beban operasional yang naik tinggi. Tercatat beban operasional naik 57,29% year on year (yoy) menjadi Rp 7,02 triliun. Beban operasional melonjak, karena pencadangan yang dialokasikan sebesar Rp 5,6 triliun, atau naik 96,14% yoy.
Pencadangan ditambah sebagai antisipasi terhadap kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) yang meningkat. Dua sektor yang berkontribusi besar terhadap rasio kredit bermasalah Bank Permata, yakni industri pengolahan dan industri perdagangan besar dan kecil masing-masing yaitu 23% dan 28% dari total NPL.
Di sisi lain, pendapatan bunga bersih justru turun 5,12% yoy menjadi Rp 5,1 triliun.
Direktur Utama Bank Permata Roy Arfandy mengatakan, dalam paparan publik kinerja kuartal III 2016, perusahaan sudah mempunyai tiga strategi untuk meningkatkan kinerja. Pertama, meningkatkan kualitas aset, memperkuat fungsi pengendalian internal dan akuntabilitas.
Kedua, bank fokus ke fee based income. “Dan ketiga, bank akan memperbaiki struktur pendanaan terutama dana murah dan meningkatkan pengembalian dan efisiensi,” ujar Roy dalam paparan publik baru-baru ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News