kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.303.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.584   -33,00   -0,20%
  • IDX 8.251   84,91   1,04%
  • KOMPAS100 1.131   14,37   1,29%
  • LQ45 800   15,27   1,95%
  • ISSI 291   1,34   0,46%
  • IDX30 418   7,16   1,74%
  • IDXHIDIV20 473   8,42   1,81%
  • IDX80 125   1,66   1,35%
  • IDXV30 134   1,28   0,97%
  • IDXQ30 131   2,43   1,89%

Kinerja Belum Capai Konsensus, Big Banks Diharap Tancap Gas di Kuartal Akhir


Kamis, 09 Oktober 2025 / 23:09 WIB
Kinerja Belum Capai Konsensus, Big Banks Diharap Tancap Gas di Kuartal Akhir
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di kantor cabang Bank Rakyat Indonesia (BRI), Kebayoran Baru, Jakarta, Senin (26/2/2024). KONTAN/Baihaki


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuartal ketiga telah berakhir. Kini, kinerja bank-bank bermodal jumbo alias big banks layak ditunggu.

Pasalnya, capaian sepanjang sembilan bulan pertama 2025 dapat menjadi gambaran kinerja mereka sepanjang tahun ini.

Laba Masih di Bawah Ekspektasi Analis

Mengacu pada konsensus analis Bloomberg, ekspektasi terhadap kinerja big banks di periode Januari–September 2025 masih cukup tinggi.

Namun, jika dibandingkan dengan realisasi hingga Agustus 2025, selisihnya masih cukup lebar.

Baca Juga: Saham Big Banks Rebound pada Kamis (9/10), Cermati Rekomendasi Analis

Ambil contoh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI. Hingga Agustus 2025, BRI telah mengantongi laba Rp 32,6 triliun.

Sementara konsensus menilai bank yang dekat dengan wong cilik ini bisa meraup laba hingga Rp 41,05 triliun.

Artinya, BRI perlu mencetak tambahan laba sekitar Rp 8,4 triliun hanya dalam sebulan untuk memenuhi ekspektasi tersebut.

Kondisi serupa juga dialami PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) atau Bank Mandiri. Per Agustus 2025, bank berlogo pita emas itu mengantongi laba Rp 30,65 triliun.

Sementara konsensus analis memperkirakan laba hingga September 2025 bisa mencapai Rp 36,93 triliun.

Likuiditas Membaik, Tapi Margin Tertekan

Dalam riset terbarunya (9/10), Analis Senior Bloomberg Sarah Jane Mahmud menilai likuiditas perbankan Indonesia cenderung membaik.

Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di empat bank besar kini melampaui pertumbuhan kredit—masing-masing 11,2% versus 9,4% secara tahunan.

Baca Juga: OJK Perkuat Literasi dan Inklusi Keuangan melalui Ribuan Kegiatan Edukasi Nasional

Namun, Sarah mengingatkan adanya potensi tekanan pada biaya dana. Persaingan untuk menarik deposito berdenominasi dolar AS diperkirakan meningkat seiring rencana kenaikan bunga hingga 4% mulai 5 November 2025.

“Margin bunga bersih juga berpotensi tertekan setelah Bank Indonesia menurunkan suku bunga pada 17 September 2025 dan membuka peluang pelonggaran lanjutan,” tulisnya.

Lebih lanjut, Sarah menilai penyaluran kredit kemungkinan meningkat berkat stimulus baru pemerintah.

Namun, jika pemerintah mendorong peningkatan porsi kredit bagi usaha kecil dan menengah (UKM), maka kualitas aset bisa menurun dan biaya kredit berisiko melampaui konsensus sebesar 6%.

Pertumbuhan Kredit Mulai Menggeliat

Sementara itu, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Indy Naila menilai pertumbuhan kredit masih berpeluang melesat dari capaian per Agustus 2025 yang hanya naik 7,56% secara tahunan.

Meski demikian, secara realistis pertumbuhan kredit hingga akhir tahun diperkirakan hanya berada di kisaran 8%–9%.

Baca Juga: BI Perpanjang Relaksasi Cicilan Kartu Kredit, Nasabah Lega Bank Pun Tenang

“Memang terlihat ada perbaikan dari sisi penyaluran kredit, tetapi perlu terus dipantau hingga akhir tahun,” ujarnya.

Indy menyoroti Bank Mandiri sebagai bank dengan pertumbuhan kredit tertinggi di antara big banks, yakni 10,74% year-on-year (YoY) hingga Agustus 2025.

Selain itu, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA juga berpeluang mencatat pertumbuhan dobel digit setelah membukukan kenaikan kredit 9,27% pada periode yang sama.

“Untuk jangka panjang, saham BCA masih menarik dengan target harga Rp 8.500–Rp 9.000, sementara Bank Mandiri juga berpotensi naik ke kisaran Rp 5.000,” tambah Indy.

Ruang Ekspansi Masih Terbuka

Dari sisi proyeksi makro, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer menilai, peluang ekspansi kredit dobel digit bagi big banks masih terbuka lebar.

Apalagi, Bank Indonesia (BI) masih optimistis pertumbuhan kredit nasional berada di rentang 8%–11%.

Baca Juga: Komposisi Saham Amar Bank Bergeser, SBI Holdings Masuk 5,63% Gantikan Investree

“Artinya, batas atas proyeksi BI ini masih memberikan ruang bagi perbankan untuk mengakselerasi ekspansi mereka,” ujar Miftahul.

Ia menambahkan, potensi terbesar ada di segmen kredit korporasi dan sektor unggulan seperti pertambangan, serta pemanfaatan pipeline fasilitas kredit yang sudah disetujui namun belum dicairkan.

“Dengan strategi penyaluran yang lebih tertarget dan dukungan regulasi OJK untuk mempermudah pembiayaan UMKM, bank-bank besar berpeluang mencapai, atau setidaknya mendekati, batas atas proyeksi 11% di akhir tahun ini,” jelasnya.

Selanjutnya: Dorong Pembangunan Berkelanjutan, IGCN Perkuat Kolaborasi Lintas Sektor

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (10/10), Provinsi Ini Alami Hujan Sangat Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×