Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki awal kuartal II 2019, kinerja perbankan terpantau masih menggeliat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam keterangan resminya, Rabu (22/5) menyatakan kredit perbankan per April 2019 tumbuh 11,05% year on year (yoy) secara industri.
Peningkatan tersebut jauh melampaui pertumbuhan pada April 2018 lalu yang hanya tumbuh 8,95%. Walau tidak merinci secara detail, OJK mengatakan pertumbuhan itu ditopang dari kredit investasi.
Kendati kredit tumbuh deras, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan justru melambat. Per April 2019 DPK bank tumbuh mini yakni 6,63% secara tahunan. Praktis, kenaikan DPK tersebut lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,06%.
Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id pun mengamini kalau di awal kuartal II 2019 ini fungsi intermediasi membaik. Hal ini diutamakan oleh meningkatnya permintaan kredit.
PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN, anggota indeks Kompas100) misalnya yang secara singkat mengungkapkan per April 2019 kredit BTN tumbuh sebesar 19,26% yoy. Mahelan Prabantarikso, Direktur Kepatuhan BTN menjelaskan dari pencapaian kredit tersebut mayoritas bersumber dari kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi yang menyumbang 42,56% dari total portofolio perseroan.
Sementara itu, DPK BTN masih tumbuh lebih rendah dari kredit dengan kenaikan sebesar 12,44% secara yoy. "Untuk kualitas kredit (non performing loan/NPL) ada kenaikan sedikit dari 2,95% di April 2018 menjadi 3,31% per April 2019," terangnya kepada Kontan.co.id, Kamis (23/5).
Sementara itu, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI, anggota indeks Kompas100) Anggoro Eko Cahyo mengatakan sejauh ini kinerja keuangan perseroan masih sesuai dengan target. Sampai dengan awal kuartal II 2019, pertumbuhan kredit BNI sudah menembus 16% secara yoy dengan pertumbuhan DPK sebesar 9%. "Loan to deposit ratio (LDR) mendaki di atas 90% secara temporer," terangnya.
Bank berlogo 46 ini menjelaskan, mayoritas kredit BNI masih tumbuh sesuai jalur. Antara lain di kredit produktif, korporasi dan kecil baik kredit investasi maupun kredit modal kerja (KMK). Pun, kredit konsumsi dinilai masih naik ditopang kredit kepegawaian (BNI Flexi) dan BNI Griya (KPR).
Sayangnya, Anggoro tidak merinci besaran porsi kredit di tiap segmen sampai saat ini. Adapun, sampai dengan akhir 2019 BNI menargetkan kredit dapat tumbuh di kisaran 13%-15% dari tahun 2018.
Di sisi lain, Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja justru mengungkap kalau pertumbuhan kredit di awal kuartal II 2019 melambat. Walau tak merinci, bank bersandi bursa NISP ini menyebut kredit hanya tumbuh satu digit. Di sisi lain, DPK tumbuh sesuai dengan target dalam rencana bisnis bank (RBB) yakni di kisaran 10%-15%.
"Agak berbeda dengan industri, harapannya bisa tumbuh 10% (kredit)," singkatnya. Adapun, rasio NPL OCBC NISP dikatakan Parwati stabil dengan posisi tahun lalu yaitu 1,7%.
Sebagai tambahan informasi saja, rasio NPL perbankan secara industri berada di posisi 2,57%, membaik dari April 2018 yang menyentuh 2,79%.
Likuiditas dan permodalan perbankan juga berada pada level yang memadai. Liquidity coverage ratio dan rasio alat likuid/non-core deposit masing-masing sebesar 197,56% dan 96,51%, di atas ambang batas ketentuan.
Kondisi ini juga didukung dengan jumlah total aset likuid perbankan yang mencapai sebesar Rp 1.266 triliun di April 2019. Sementara rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) masih tinggi di 23,47%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News