Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
"Segmen rumah tapak masih mendominasi permintaan meski berangsur akan bergeser ke apartemen terutama untuk kota besar yang sedang memodernisir transportasi massalnya seperti Jakarta," ucapnya.
Di sisi lain, Arianto menjelaskan bahwa, tren suku bunga KPR dan KPA akan melandai tidak seagresif tahun 2022, dimana hal ini sejalan dengan pergerakan suku bunga acuan BI.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga deposit facility sebesar 5,00%, dan suku bunga lending facility sebesar 6,50% yang diprediksi akan membuat suku bunga KPR tidak akan bergerak jauh dari kisaran 7,7%-7,8%.
Menurutnya, menjelang tahun politik dampak pada pasar properti adalah bahwa investor masih akan tetap mempertimbangkan investasi properti khususnya untuk rumah siap huni atau rumah bekas yang memiliki risiko gagal serah terima yang lebih rendah dibanding rumah siap bangun.
Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan pembiayaan konsumen pada umumnya dan pembiayaan properti pada khususnya bank perlu pemilihan segmen pasar yang tepat, yaitu dengan memahami faktor demografi dan kebutuhan.
Selain itu, pengembangan produk pembiayaan properti yang inovatif dan fleksibel, seperti pembiayaan properti berbasis syariah, pembiayaan khusus untuk properti komersial, atau skema pembiayaan dengan cicilan yang lebih ringan pada awal masa kredit, juga perluasan jaringan kerjasama mitra untuk mempermudah akses ke calon pembeli/debitur potensial.
Baca Juga: Hingga Juni, Nilai Transaksi Livin by Mandiri Capai Rp 1.500 Triliun
"Disamping strategi pertumbuhan tersebut, tentunya bank tetap harus melakukan analisis risiko secara cermat karena meskipun suku bunga stabil dan harga stabil, risiko kredit tetap perlu dikelola dengan baik untuk mencegah kemungkinan kredit macet di masa yang akan datang," tandasnya.
Sementara Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, KPR juga akan ikut tertekan di tengah industri properti yang juga turun. Hal ini dikarenakan dampak dari pandemi membuat daya beli masyarakat secara umum juga agak menurun yang membuat minat untuk membeli properti juga tertekan.
"Untuk inflasi di Indonesia sendiri cenderung masih terkendali. Segmen properti yang masih diminati tentu yang masih terjangkau oleh khalayak umum atau yang tidak begitu mahal," ucapnya.
Di sisi lain Trioksa menerangkan, bunga KPR terlihat tidak begitu banyak mengalami perubahan, masih disesuaikan dengan biaya dana dan tingkat efisiensi masing-masing bank. Umumnya kenaikan bunga di bank juga menyesuaikan kenaikan bunga bank sentral hanya seberapa masif tergantung tingkat efisiensi di masing-masing bank.
Hingga akhir tahun, KPR diproyeksi akan sedikit membaik pasca melandainya tren kenaikan suku bunga The Fed dan diharapkan tahun depan kembali bergairah. "Bank perlu membangun sinergi dan kerjasama dengan berbagai instansi serta developer untuk mengefektifkan pembiayaan konsumer di samping tetap menjaga efisiensi agar suku bunga bisa lebih kompetitif," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News