Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah industri properti yang terketan, nyatanya industri perbankan masih dapat mencatatkan pertumbuhan yang positif pada kredit pemilikan rumah (KPR) di semester I/2023.
Berdasarkan data Bank Indonesia, kredit pemilikan rumah perbankan mencapai Rp 663,6 triliun pada semester I/2023 atau bertumbuh 10,1% secara tahunan atau year on year (YoY). KPR tercatat menyumbang 35% terhadap total kredit konsumer perbankan yang tercatat mencapai Rp 1.895,3 triliun atau meningkat 9,1%.
Bisnis konsumer PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tercatat melonjak signifikan dalam enam bulan pertama 2023. KPR menjadi penopang pertumbuhan kredit konsumer BCA pada semester I ini, porsinya mencapai 62,3%.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, segmen kredit konsumer terus mencatatkan pertumbuhan. Hingga enam bulan pertama tahun 2023, total portofolio kredit konsumer naik 13,9% YoY menjadi Rp 183,9 triliun. Peningkatan kredit konsumer ini ditopang oleh KPR yang tumbuh 12,0% YoY menjadi Rp 114,6 triliun.
Baca Juga: JakCard Bank DKI Kini Bisa Digunakan Sebagai Tiket Perjalanan KRL
“Segmen kredit konsumer terus mencatatkan pertumbuhan, ditopang oleh hasil pelaksanaan BCA Expoversary 2023 yang ditutup pada akhir April lalu, ujarnya saat konferensi pers paparan kinerja perseroan, beberapa waktu lalu.
Meskipun tren suku bunga naik, BCA masih aktif menawarkan promo bunga KPR juga mendorong pertumbuhan bisnis ini. Selama terjadi kenaikan bunga acuan BI 7-day-RR di 2021-2022, KPR BCA juga relatif tidak menaikkan suku bunga.
Saat ini, BCA menawarkan bunga mulai 3,75% fixed tiga tahun untuk masa tenor minimal Rp 10 tahun. Bank ini juga menawarkan bunga berjenjang mulai dari 3,78% hingga tenor 10 tahun. Promo bunga KPR ini berlaku hingga 31 Agustus 2023.
Penyaluran kredit perumahan juga mendominasi total kredit PT Bank Tabungan Negara (BBTN) selama semester I/2023. Kredit perumahan yang disalurkan mencapai Rp 269,48 triliun hingga akhir Juni 2023 atau bertumbuh 6,97% YoY.
Dari jumlah tersebut KPR Subsidi pada semester I/2023 masih menjadi kontribusi terbesar dengan nilai mencapai Rp 152,17 triliun tumbuh 10,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 137,25 triliun.
Sedangkan KPR Non Subsidi tumbuh 6,49% menjadi Rp 90,83 triliun pada semester I/2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 85,30 triliun.
“Kami memacu kredit dengan sangat memperhatikan prinsip kehati-hatian," kata Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu.
Pertumbuhan kredit tersebut membuat aset BTN ikut bertumbuh sekitar 4,93% YoY menjadi Rp 400,54 triliun pada paruh pertama 2023 dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 381,74 triliun.
Tercatat kredit BTN tumbuh 7,52% menjadi Rp 307,66 triliun pada semester I/2023 meningkat dari periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 286,15 triliun.
Baca Juga: Bank Mandiri Dikabarkan Berhenti Salurkan Kredit Ke Karyawan WIKA dan Waskita (WSKT)
PT Bank Negara Indonesia (BNI) juga mencatat total kredit pemilikan rumah sebesar Rp 55,3 triliun, atau naik sekitar 7,9% pada semester I/2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. KPR tercatat menyumbang 47% terhadap total kredit konsumer BNI yang tercatat mencapai Rp 116,4 triliun atau meningkat 11,7%.
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan dalam mendorong pertumbuhan bisnis KPR, BNI mendorong perluasan kerja sama dengan sejumlah pemangku kepentingan.
"BNI akan terus proaktif berupaya mengurangi backlog nasional untuk mendorong kepemilikan rumah. Tentunya BNI juga akan bekerja sama dengan berbagai stakeholder dan mengoptimalkan platform BNI Griya," kata Okki.
Pengamat Perbankan Arianto Muditomo menilai, terkendalinya inflasi dan indeks harga konsumen serta harapan akan bertumbuhnya pasar modal mendorong masyarakat untuk kembali melirik alternatif investasi selain properti.
"Segmen rumah tapak masih mendominasi permintaan meski berangsur akan bergeser ke apartemen terutama untuk kota besar yang sedang memodernisir transportasi massalnya seperti Jakarta," ucapnya.
Di sisi lain, Arianto menjelaskan bahwa, tren suku bunga KPR dan KPA akan melandai tidak seagresif tahun 2022, dimana hal ini sejalan dengan pergerakan suku bunga acuan BI.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75%, suku bunga deposit facility sebesar 5,00%, dan suku bunga lending facility sebesar 6,50% yang diprediksi akan membuat suku bunga KPR tidak akan bergerak jauh dari kisaran 7,7%-7,8%.
Menurutnya, menjelang tahun politik dampak pada pasar properti adalah bahwa investor masih akan tetap mempertimbangkan investasi properti khususnya untuk rumah siap huni atau rumah bekas yang memiliki risiko gagal serah terima yang lebih rendah dibanding rumah siap bangun.
Oleh karena itu, dalam mengoptimalkan pembiayaan konsumen pada umumnya dan pembiayaan properti pada khususnya bank perlu pemilihan segmen pasar yang tepat, yaitu dengan memahami faktor demografi dan kebutuhan.
Selain itu, pengembangan produk pembiayaan properti yang inovatif dan fleksibel, seperti pembiayaan properti berbasis syariah, pembiayaan khusus untuk properti komersial, atau skema pembiayaan dengan cicilan yang lebih ringan pada awal masa kredit, juga perluasan jaringan kerjasama mitra untuk mempermudah akses ke calon pembeli/debitur potensial.
Baca Juga: Hingga Juni, Nilai Transaksi Livin by Mandiri Capai Rp 1.500 Triliun
"Disamping strategi pertumbuhan tersebut, tentunya bank tetap harus melakukan analisis risiko secara cermat karena meskipun suku bunga stabil dan harga stabil, risiko kredit tetap perlu dikelola dengan baik untuk mencegah kemungkinan kredit macet di masa yang akan datang," tandasnya.
Sementara Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan, KPR juga akan ikut tertekan di tengah industri properti yang juga turun. Hal ini dikarenakan dampak dari pandemi membuat daya beli masyarakat secara umum juga agak menurun yang membuat minat untuk membeli properti juga tertekan.
"Untuk inflasi di Indonesia sendiri cenderung masih terkendali. Segmen properti yang masih diminati tentu yang masih terjangkau oleh khalayak umum atau yang tidak begitu mahal," ucapnya.
Di sisi lain Trioksa menerangkan, bunga KPR terlihat tidak begitu banyak mengalami perubahan, masih disesuaikan dengan biaya dana dan tingkat efisiensi masing-masing bank. Umumnya kenaikan bunga di bank juga menyesuaikan kenaikan bunga bank sentral hanya seberapa masif tergantung tingkat efisiensi di masing-masing bank.
Hingga akhir tahun, KPR diproyeksi akan sedikit membaik pasca melandainya tren kenaikan suku bunga The Fed dan diharapkan tahun depan kembali bergairah. "Bank perlu membangun sinergi dan kerjasama dengan berbagai instansi serta developer untuk mengefektifkan pembiayaan konsumer di samping tetap menjaga efisiensi agar suku bunga bisa lebih kompetitif," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News