Reporter: Issa Almawadi | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Perbankan syariah tidak gentar dengan strategi bank konvesional yang menurunkan bunga kredit pemilikan rumah (KPR) demi menggenjot performa. Agar rapor kinerja tetap tumbuh tinggi, perbankan syariah menggenjot segmen pasar KPR berebda dengan perbankan konvesional.
Lukita T Prakasa, Sekretaris Perusahaan BRI Syariah, menyatakan, kinerja pembiayaan KPR telah mencapai Rp 2,1 triliun per 23 September 2014. "Prospek bisnis KPR BRIS selalu meningkat. BRIS mengembangkan segmen KPR subsidi program dari Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera)," terang Lukita.
Alasan BRI Syariah membidik segmen KPR bersubsidi lantaran tidak terkena aturan pembatasan finance to value (FTV). Bank syariah leluasa menyalurkan pembiayaan KPR tipe 22–70 meter persegi. Hal ini berbeda dengan aturan yang membatasi bank konvensional mengucurkan kredit maksimal 70% dari dari total harga rumah. Aturan ini mewajibkan calon debitur membayar uang muka (DP) minimal 30%, berbeda dengan calon debitur KPR syariah yang bisa membayar DP 10%.
Atas dasar itulah, BRI Syariah terlibat dalam perhelatan Rumah Rakyat Expo, belum lama ini. Dari ajang itu, anak usaha Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengantongi 250 aplikasi senilai Rp 25 miliar. "Segmen KPR subsidi andalan bagi BRIS untuk mengakuisisi nasabah baru," jelas Luki.
Beda segmen
KPR Sejahtera BRI bahkan meluncurkan program tanpa DP. Tak jauh berbeda, Meitra N. Sari, Sekretaris Perusahaan Bank Muamalat, menerangkan, pembiayaan KPR iB Muamalat masih menjadi produk unggulan di segmen pembiayaan konsumer.
Hingga Juli, portofolio KPR iB Muamalat mencapai Rp 8,86 triliun. Angka ini menyumbang 62,33% dari total pembiayaan konsumer yang mencapai Rp 14,215 triliun.
Secara tahunan (year on year), KPR iB Muamalat tumbuh 27,81% dibandingkan capaian tahun 2013 lalu. Bank Muamalat pun membidik segmen pasar bawah. Yakni, pembiayaan KPR mulai dari plafon Rp 50 Juta untuk wilayah Jabodetabek dan Rp 25 Juta untuk luar Jabodetabek.
Strategi lain, Bank Muamalat menyodorkan dua alternatif produk KPR. Yaitu, KPR iB Muamalat Pembelian dengan akad Murabahah dan KPR iB Muamalat Kongsi dengan akad Musyarakah Mutanaqishah. "Bank Muamalat juga tidak mengenakan biaya penalti apabila nasabah mengajukan pelunasan dipercepat," jelas Meitra, sembari berpromosi.
Bank Syariah Mandiri (BSM) juga menggarap pasar pembiayaan KPR bersubsidi. Taufik Machrus, Sekretaris Perusahaan BSM, mengatakan, kinerja pembiayaan rumah BSM tetap tumbuh positif. "Itu karena kami memilih segmen berbeda," ujar dia.
Di pasar KPR Syariah bersubsidi, BSM hanya mematok uang muka minimal 10%. Batas pemasukan calon debitur pun pun hanya Rp2,5 juta saban bulan. Selain membidik segmen pasar berbeda, Taufik meyakini, angsuran tetap selama periode pembiayaan, menjadi keunggulan KPR Syariah.
Catatan saja, bunga KPR Subsisidi BRI Syariah 7,25% efektif dan fix selama masa pembiayaan. Sedangkan KPR BRI Syariah reguler sekitar 15%. Sementara, Bank Muamalat mematok bunga di kisaran KPR 17,5%. Sebagai perbandingan, Bank Central Asia (BCA) memangkas bunga KPR 25 basis poin (bps) menjadi 9%-9,25% per tahun. CIMB Niaga juga menurunkan bunga 50 bps menjadi 9,5% per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News