kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Kredit infrastruktur masih potensial


Selasa, 19 Desember 2017 / 12:51 WIB
Kredit infrastruktur masih potensial


Reporter: Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan masih memiliki ruang untuk membiayai sektor infrastruktur di tahun depan. Sebab, proyek infrastruktur membutuhkan dana yang besar dan tenor yang panjang. Alhasil, perusahaan konstruksi akan membutuhkan dana dari perbankan maupun pasar modal.

Senior Executive Vice President Corporate Banking PT Bank Mandiri Tbk Alexandra Askandar mengatakan, kebutuhan dana untuk proyek infrastruktur sangat besar. Tentunya, ada kebutuhan opsi pembiayaan lain di luar perbankan.

"Kenaikan pembiayaan melalui pasar modal tidak akan mengurangi porsi kredit perbankan untuk infrastruktur," kata Alexandra kepada KONTAN, Senin (18/12). Bank Mandiri sudah memiliki pipeline kredit sebesar Rp 40 triliun untuk infrastruktur di tahun ini.

Sektor infrastruktur memiliki porsi lebih dari 40% dari total penyaluran kredit Bank Mandiri. Hingga Oktober 2017, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit hingga Rp 594,41 triliun atau tumbuh 5,97%.

Senada, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Haru Koesmahargyo mengatakan, tren penyaluran kredit infrastruktur akan meningkat di tahun depan. "Kami melihat banyak proyek infrastruktur yang membutuhkan pembiayaan kredit dari bank," terangnya.

Menurutnya, pencarian dana melalui perbankan dan pasar modal memiliki perbedaan. Biasanya, perusahaan akan mencari pendanaan di pasar modal untuk proyek infrastruktur yang berjangka panjang. Sedangkan, perusahaan akan lari ke perbankan untuk proyek jangka pendek.

Bank berkode saham BBRI ini memproyeksikan mampu menyalurkan kredit infrastruktur mencapai Rp 51,45 triliun di akhir tahun ini.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja menuturkan, prospek pembiayaan infrastruktur sangat potensial. Sehingga menjadi hal yang wajar jika ada skema sumber pendanaan lain di luar kredit perbankan.

Menurut Jahja, kebutuhan pendanaan infrastruktur yang besar tidak menutup kemungkinan pencarian dana di pasar modal, investor, atau lembaga non bank. Bank milik Grup Djarum tersebut mencatat penyaluran kredit infrastruktur mencapai Rp 15 triliun hingga kuartal III 2017.

Informasi saja, Bank Indonesia (BI) mencatat pembiayaan melalui pasar modal meningkat 45,5% per Oktober 2017. Menurut para bankir, kenaikan pertumbuhan pembiayaan di pasar modal tak mempengaruhi penyaluran kredit perbankan untuk sektor infrastruktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×