kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.462.000   9.000   0,37%
  • USD/IDR 16.663   -15,00   -0,09%
  • IDX 8.660   40,02   0,46%
  • KOMPAS100 1.192   10,20   0,86%
  • LQ45 848   1,27   0,15%
  • ISSI 313   2,80   0,90%
  • IDX30 434   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 501   -0,35   -0,07%
  • IDX80 134   1,11   0,84%
  • IDXV30 138   1,59   1,16%
  • IDXQ30 138   -0,09   -0,07%

Kredit konstruksi bank BUKU II tembus 9,62%


Selasa, 29 September 2015 / 18:02 WIB
Kredit konstruksi bank BUKU II tembus 9,62%


Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Penyaluran kredit konstruksi mendominasi rasio kredit macet alias nonperforming loan/NPL di bank umum. Per Juli 2015, rasio NPL sektor ini mencapai 5,54% atau meningkat lebih dari 1% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni 4,40%.

Berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia, bank umum menyalurkan kredit konstruksi sebesar Rp 165,573 triliun di sepanjang Januari - Juli 2015. Ini berarti hampir 5% dari total kredit bank umum yang mencapai Rp 3.868 triliun per Juli 2015.

Selidik punya selidik, kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II menjadi penyumbang NPL tertinggi di sektor kredit konstruksi. Rasio kredit bermasalah sektor konstruksi bank BUKU II tercatat tembus 9,62%.

Sementara, NPL kredit konstruksi bank kelompok BUKU III sebesar 5,34%. Diikuti oleh NPL kredit konstruksi di kelompok bank BUKU IV dan I yang masih terkendali di bawah 5%, yakni masing-masing sebesar 3,00% dan 4,51%.

Dari sisi porsi kredit, kelompok bank BUKU II mengucurkan kredit konstruksi sebesar Rp 33,885 triliun. Angka ini jauh lebih kecil ketimbang kredit konstruksi yang disalurkan oleh bank BUKU III, yakni Rp 64,547 triliun dan bank BUKU IV Rp 54,096 triliun.

Namun demikian, faktanya, bukan cuma NPL kredit konstruksi yang mengkhawatirkan di kelompok bank BUKU II. Sedikitnya ada dua sektor kredit lain yang perlu diperhatikan karena rasio NPL-nya lumayan tinggi, yakni kredit transportasi, pergudangan dan telekomunikasi dengan NPL 6,04% dan kredit pertanian sebesar 5,61%.

Parwati Surdaudaja, Direktur Utama PT Bank OCBC NISP Tbk mengatakan, pihaknya mencatat kredit konstruksi cukup terkendali. Meskipun, NPL sektor kredit ini masih lebih tinggi ketimbang rasio kredit bermasalah perseroan secara keseluruhan.

"NPL kredit konstruksi mencapai 1,9% per Juli 2015. NPL secara keseluruhan sebesar 1,3%. Di OCBC NISP, sektor perdagangan masih memberi kontribusi terbesar dalam rasio kredit macet," tutur dia kepada KONTAN, Selasa (29/9).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×