Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Walau labanya melesat ke atas Rp 1 triliun, kinerja kinclong PT Bank Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR) ternoda nilai merah pada rasio kredit macetnya. Rasio yang disebut non performing loan (NPL) BJB tahun lalu mencapai 2,1%, naik dari posisi 1,2% di 2011.
Kredit komersial BJB mencatat kenaikan NPL terbesar, dari 4,8% menjadi 7,3%. Direktur Utama BJB Bien Subiantoro mengatakan, meningkatnya NPL di kredit komersial ini karena adanya beberapa penyelewengan, kegagalan, dan penyalahgunaan kredit.
Misalnya, PT Pracico Multifinance yang mengalami kegagalan kredit terhadap pengguna akhirnya, Trans Bandar Lampung, sebesar Rp 73,6 miliar. Lalu, PT Cipta Inti Parmindo yang mengalami penyelewengan kredit sejumlah Rp 71,1 miliar. Selain itu, masih ada 8 perusahaan lagi yang kira-kira mengalami hal serupa tahun kemarin.
Bien menyebut, pihaknya akan membuat manajemen risiko komersial untuk menangani kredit komersial di BJB sehingga lebih prudensial dalam menyalurkan pembiayaan.
Untuk menjaga NPL, tahun ini kredit komersial akan lebih banyak disalurkan pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), multifinance, dan sindikasi. "Jangan ke perusahaan abal-abal," ujar Bien.
Selain kredit komersial, NPL kredit mikro pada bank pembangunan daerah (BPD) terbesar itu naik 2,6% ke posisi 4,1%. "Ini dari kredit macet di Kredit Usaha Rakyat (KUR)," sebut Bien.
Tahun ini, BJB akan berusaha untuk menjaga total NPL sekitar 2%. "Kalau bisa di bawah itulah," tandasnya.
Pada 2012, penyaluran kredit BJB tumbuh 31,3% dari Rp 26,4 triliun menjadi Rp 34,7 triliun. Kredit terbesar dikucurkan pada kredit konsumer sebesar Rp 22,6 triliun. Angka tersebut juga tumbuh 18% dari Rp 19,1 triliun.
Selanjutnya, kredit mikro melesat 52,8% dari Rp 2,9 triliun menjadi Rp 4,5 triliun. Kemudian, kredit komersial bertumbuh 43,9% dari Rp 4,4 triliun ke posisi Rp 6,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News