kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.305   -35,00   -0,22%
  • IDX 7.080   122,90   1,77%
  • KOMPAS100 1.053   23,69   2,30%
  • LQ45 827   25,88   3,23%
  • ISSI 213   1,79   0,85%
  • IDX30 425   13,62   3,31%
  • IDXHIDIV20 508   17,23   3,51%
  • IDX80 120   2,84   2,41%
  • IDXV30 124   2,46   2,02%
  • IDXQ30 140   4,41   3,25%

Kredit Macet Perusahaan Pembiayaan Terus Meningkat, Ini Kata Pengamat


Rabu, 15 Januari 2025 / 17:12 WIB
Kredit Macet Perusahaan Pembiayaan Terus Meningkat, Ini Kata Pengamat
ILUSTRASI. Konsumen memindai promo transaksi Buy Now Pay Later (BNPL) alias paylater di gerai ritel, Depok, Jawa Barat, Minggu (29/12). OJK mencatat Non Performing Financing (NPF) gross Buy Now Pay Later (BNPL) perusahaan pembiayaan terus merangkak naik.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat Non Performing Financing (NPF) gross Buy Now Pay Later (BNPL) perusahaan pembiayaan terus merangkak naik.

Tercatat, NPF BNPL perusahaan pembiayaan per Agustus 2024 sebesar 2,52%, kemudian naik menjadi 2,6% per September 2024, lalu naik lagi menjadi 2,76% per Oktober 2024, dan akhirnya menyentuh 2,92% per November 2024.

Mengenai hal itu, pengamat sekaligus Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan kenaikan NPF tersebut sejalan dengan kenaikan penyaluran pembiayaan yang masih tinggi dan konsisten tumbuh dobel digit. 

Baca Juga: Kredit Macet Keuangan Mikro Terus Berada di Atas 10% Dalam 5 Tahun Terakhir

"Pertumbuhan BNPL lagi naik-naiknya, bahkan terjadi beberapa bulan terakhir dan sampai November 2024 tumbuh sebesar 61,90% Year on Year (YoY). Tentu potensi kredit macetnya juga cukup tinggi," katanya kepada Kontan, Rabu (15/1).

Nailul berpendapat kenaikan NPF industri itu juga tak terlepas dari masih adanya gagal bayar yang disumbang kalangan anak muda.

Meski anak muda sangat adaptif dengan teknologi, dia mengatakan hal tersebut bisa menjadi cukup bahaya ketika kemampuan bayar mereka rendah, tetapi diberikan plafon pinjaman yang tinggi.

Untuk menekan tingkat NPF, Nailul mendorong agar perusahaan BNPL bisa meningkatkan kualitas credit scoring dengan menggunakan data-data yang lebih valid. Dia mengaku setuju dengan adanya aturan baru yang dicanangkan OJK terkait pembatasan umur dan pendapatan peminjam.

Baca Juga: Fintech iGrow Beberkan Faktor Utama yang Membuat Tingkat Kredit Macet Meningkat

"Namun, apabila aturan tersebut tidak dilakukan dengan cermat, justru bisa menimbulkan potensi fraud. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah mengecek ketat kemampuan bayar calon nasabah paylater," kata Nailul.

Lebih lanjut, Nailul memproyeksikan NPF BNPL perusahaan pembiayaan berpotensi masih akan naik pada -bulan-bulan berikutnya, mengingat adanya potensi pertumbuhan yang masih tinggi juga pada penyaluran BNPL.

Sebagai informasi, OJK melaporkan piutang pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan per November 2024 tercatat sebesar Rp 8,59 triliun. Nilai itu tumbuh sebesar 61,90%, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Baca Juga: Mandiri Utama Finance Catat Tingkat Kredit Macet Membaik Jadi 1,33% di Desember 2024

Jika ditelaah, pencapaian per November 2024 terbilang tumbuh melambat, jika dibandingkan pertumbuhan per Oktober 2024. Agusman menyampaikan piutang pembiayaan BNPL perusahaan pembiayaan per Oktober 2024 tumbuh sebesar 63,89% YoY dengan nilai sebesar Rp 8,41 triliun.

Selanjutnya: Saham Bank Jumbo Tertekan, Begini Prospeknya

Menarik Dibaca: 4 Vitamin yang Direkomendasikan untuk Penderita Diabetes, Berikut Daftarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×