Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan di awal tahun 2020 pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga (DPK) cenderung melambat. Merujuk presentasi Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso pekan lalu di Jakarta, kredit di bulan Januari baru naik 6,10% sedangkan DPK 6,8% secara year on year (yoy).
Menurut OJK, penurunan pertumbuhan kredit ini sejalan dengan moderasi ekonomi. Pun, di bulan Januari 2020 ini perlambatan kredit dinilai terjadi di semua jenis. Misalnya saja, untuk kredit modal kerja peningkatannya hanya sebesar 3,63% yoy saja. Sementara untuk kredit konsumsi dan investasi terpantau naik 6,14% yoy. Hanya kredit investasi yang catatkan pertumbuhan dua digit yakni menyentuh 10,48% yoy.
Baca Juga: Harga logam mulia ikut rontok terbawa virus corona
Dalam rilis OJK pada Rabu (26/2) lalu, pihaknya menyebut kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan per Januari 2020 memang sejalan dengan perkembangan yang terjadi di perekonomian domestik. Apalagi dengan kondisi pasar yang terguncang akibat wabah virus corona.
Walhasil, analisa OJK pun memproyeksi batas bawah pertumbuhan kredit di tahun 2020 sebesar 9,39% dan DPK 9,41%. Sementara OJK sendiri memasang proyeksi kredit naik 9%-11% di 2020. Sementara untuk meredam dampak corona, regulator pun sedang mempersiapkan stimulus berupa relaksasi penilaian kualitas kredit dan di sisi restrukturisasi.
Beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id pun sepakat dengan arahan OJK. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya yang mengatakan, kendati melambat di awal 2020 pertumbuhan kredit dan DPK perseroan masih sedikit di atas industri.
Memang, merujuk laporan keuangan BNI bulan Januari 2020 kredit masih naik 11,11% yoy menjadi Rp 521,36 triliun. Sedangkan DPK naik 8,25% yoy menjadi Rp 558,98 triliun.
Baca Juga: Sejumlah bank daerah getol tambah modal
Wakil Direktur Utama BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan berdasarkan jenisnya, pertumbuhan terbesar ada di kredit konsumer. "Untuk kredit produktif, secara sektoral ditopang oleh kredit ke manufaktur, perdagangan, perkebunan, konstruksi dan infrastruktur dasar," terangnya kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).