Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun sejumlah bank daerah mulai getol tambah modal. Niatnya agar likuiditas tahun ini dapat memenuhi kebutuhan ekspansi. Termasuk untuk memenuhi ketentuan anyar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait peningkatan modal.
PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS) misalnya Rabu (26/2) lalu telah dapat restu untuk menggelar aksi penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue untuk bisa mengumpulkan dana hingga Rp 1,2 triliun.
Baca Juga: Batubara kian dimusuhi, bank lokal tetap terbuka terhadap pembiayaan PLTU
Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa pekan lalu kepada Kontan.co.id menyatakan aksi rights issue salah satunya digelar guna memenuhi ketentuan modal bank umum yang tengah disiapkan OJK.
Tahun ini OJK bakal menetapkan modal inti bank senilai Rp 1 triliun, dan secara bertahap akan ditingkatkan menjadi Rp 2 triliun pada 2021, dan Rp 3 triliun pada 2022. Adapun per September 2019 lalu, modal inti Bank Banten tercatat cuma Rp 190,41 miliar.
“Seluruh mata acara RUPSLB disetujui, setelah rights issue ini kami juga masih terbuka untuk melakukan penambahan modal sekiranya diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha dan memenuhi regulasi yang berlaku,” kata Fahmi.
Fahmi menambahkan sejauh ini pemegang saham juga telah berkomitmen untuk mengeksekusi haknya dalam aksi ini. Aksi rights issue ini sendiri akan dilakukan dengan menerbitkan 400 miliar saham baru seri C dengan nominal Rp 3 per lembar.
Baca Juga: Lebih rendah dari Januari, ekonom Bank Permata prediksi inflasi Februari 0,16%
Saat ini kepemilikan Bank Banten digenggam PT Banten Global Developmet sebesar 51,00%, dan publik sebesar 49,00%. Perinciannya publik mengempit 16,78% saham seri A dengan nominal Rp 100 per saham, dan 32,22% saham seri B dengan nominal Rp 100 per lembar. Sementara Banten Global mengempit 51,00% saham seri B.
Pascaaksi ini, komposisi kepemilikan saham akan menjadi, seri A dimiliki publik sebesar 2,32%. Seri B dikempit publik 4,45%, dan Banten Global sebesar 7,05%. Sementara saham anyar seri C dengan nominal Rp 3 per lembar akan dikuasai publik sebesar 42,23%, dan Banten Global sebanyak 43,96%. “Sejauh ini juga belum ada rencana dari pemegang saham untuk menyetor modal selain dalam bentuk uang,” lanjut Fahmi.