Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
Sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) justru mengalami hal sebaliknya. Nilai kredit menganggur perseroan turun 13,03% (yoy) dari Rp 57,01 triliun pada Oktober 2018 menjadi Rp 49,58 triliun pada Oktober 2019.
Selain nilai, rasio kredit menganggur perseroan terhadap total kredit juga ikut menipis. Dari Rp 12,29% pada Oktober 2018 menjadi 9,50% pada Oktober 2019. Sedangkan per Oktober 2019 nilai kredit BNI telah mencapai Rp 521,80 triliun dengan pertumbuhan 12,52% (yoy) dibandingkan Oktober 2018 senilai Rp 463,73 triliun.
“Penurunan undisbursed loan merupakan salah satu pertanda peningkatan aktivitas ekonomi khususnya dengan mulai berjalannya perekonomian domestik setelah Pemilu yang telah berjalan dengan aman,” kata Wakil Direktur BNI Herry Sidharta kepada Kontan.co.id.
Hingga akhir tahun, nilai kredit menganggur bank berlogo angka 46 ini disebut Herry juga akan terus ditekan seiring target pertumbuhan kredit perseroan di kisaran 13%-15%.
Baca Juga: Bank Mantap gandeng Asei untuk kembangkan bisnis asuransi kecelakaan diri
“Disamping itu kami akan mengoptimalkan penggunaan disposable loan ini namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan pendanaan dan proyeksi keuangan debitur,” lanjut Herry.
Dari catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2018, bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 memang jadi satu-satunya keladi dalam peningkatan nilai kredit menganggur industri perbankan.
Nilai kredit menganggur BUKU 4 mencapai Rp 697,81 triliun, tumbuh 13,22% (yoy). Sedangkan di kelas BUKU 1 hingga BUKU 3 justru mencatat penurunan.
Sedangkan secara total, industri perbankan mencatat nilai kredit menganggur mencapai Rp 1.609,62 triliun, meningkat 5,09% (yoy) dibandingkan September 2018 senilai Rp 1.531,97 triliun.
Baca Juga: BNI targetkan fee based income tumbuh 12%-14% tahun 2020
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News