kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kredit menganggur di bank pelat merah kian menanjak


Selasa, 10 Desember 2019 / 16:26 WIB
Kredit menganggur di bank pelat merah kian menanjak
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di Bank BNI Jakarta, Senin (8/4). Sejumlah bank pelat merah alias BUMN mencatatkan nilai kenaikan nilai kredit menanggur atau undisbursed loan./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/08/04/2019.


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank pelat merah mencatatkan nilai kenaikan nilai kredit menganggur alias undisbursed loan. Perlambatan ekonomi menjelang akhir tahun jadi penyebabnya.

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) misalnya mencatatkan nilai kredit menganggur sebesar Rp 137,8 triliun per Oktober 2019. Nilai tersebut meningkat 2,5% (yoy) dibandingkan Oktober 2018.

Baca Juga: Soal isu deal dengan Sumitomo Mitsui Banking Corporation, begini respons Bank Permata

Cosporate Secretary BRI Hari Purnomo bilang perusahaan BUMN jadi penopang utama meningkatnya rasio kredit menganggur perseroan. “Mayoritas undisbursed loan berasal dari segmen korporasi BUMN dengan porsi 61% dan korporasi umum 17%. Sementara sisanya disumbang segmen ritel dan menengah,” katanya kepada Kontan.co.id pekan lalu.

Ia menilai masih belum ditariknya kredit akibat para debitur masih berhati-hati melakukan ekspansi bisnis di tengah kondisi ekonomi yang lebih menantang.

Meski demikian, Hari optimistis rasio kredit menganggur perseroan bakal makin terkikis lantaran siklus akhir tahun dimana debitur biasanya melakukan penarikan untuk ekspansi tahun depan.

“Jika dilihat rasio undisbursed loan terhadap total kredit, sebenarnya menurun dari 17% pada Oktober 2018 menjadi 16% pada Oktober 2019,” lanjut Hari.

Baca Juga: Asuransi Asei Bidik kejar premi Rp 410 miliar sampai akhir tahun

Per Oktober 2019 sendiri, bank terbesar di tanah air ini telah menyalurkan kredit Rp 850,86 triliun. Meningkat 8,68% (yoy) dibandingkan Oktober 2018.

Adapula PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang juga mencatat kenaikan kredit menganggur. Per Oktober 2019 nilainya mencapai Rp 185,31 triliun. Meningkat 15,92% (yoy) dibandingkan Oktober 2018.

Bedanya, penopang utama kredit menganggur bank berlogo pita emas ini disebabkan oleh korporasi swasta yang nilainya mencapai Rp 142,64 triliun atau setara 76,97% dari total undisbursed loan. Sedangkan sisanya berasal dari korporasi pelat merah.

Sementara secara total, rasio kredit menganggur perseroan sebesar 25,44% dari total kredit yang telah digelontorkan Rp 728,20 triliun. Rasio tersebut meningkat tipis dibandingkan rasio pada Oktober 2018 sebesar 22,96% dari total kredit Rp 696,25 triliun.

Baca Juga: Lahan bisnis baru, Asuransi Asei mengkaver penyaluran kredit dari 10 tekfin

Sedangkan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) justru mengalami hal sebaliknya. Nilai kredit menganggur perseroan turun 13,03% (yoy) dari Rp 57,01 triliun pada Oktober 2018 menjadi Rp 49,58 triliun pada Oktober 2019.

Selain nilai, rasio kredit menganggur perseroan terhadap total kredit juga ikut menipis. Dari Rp 12,29% pada Oktober 2018 menjadi 9,50% pada Oktober 2019. Sedangkan per Oktober 2019 nilai kredit BNI telah mencapai Rp 521,80 triliun dengan pertumbuhan 12,52% (yoy) dibandingkan Oktober 2018 senilai Rp 463,73 triliun.

“Penurunan undisbursed loan merupakan salah satu pertanda peningkatan aktivitas ekonomi khususnya dengan mulai berjalannya perekonomian domestik setelah Pemilu yang telah berjalan dengan aman,” kata Wakil Direktur BNI Herry Sidharta kepada Kontan.co.id.

Hingga akhir tahun, nilai kredit menganggur bank berlogo angka 46 ini disebut Herry juga akan terus ditekan seiring target pertumbuhan kredit perseroan di kisaran 13%-15%.

Baca Juga: Bank Mantap gandeng Asei untuk kembangkan bisnis asuransi kecelakaan diri

“Disamping itu kami akan mengoptimalkan penggunaan disposable loan ini namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan pendanaan dan proyeksi keuangan debitur,” lanjut Herry.

Dari catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2018, bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4 memang jadi satu-satunya keladi dalam peningkatan nilai kredit menganggur industri perbankan.

Nilai kredit menganggur BUKU 4 mencapai Rp 697,81 triliun, tumbuh 13,22% (yoy). Sedangkan di kelas BUKU 1 hingga BUKU 3 justru mencatat penurunan.

Sedangkan secara total, industri perbankan mencatat nilai kredit menganggur mencapai Rp 1.609,62 triliun, meningkat 5,09% (yoy) dibandingkan September 2018 senilai Rp 1.531,97 triliun.

Baca Juga: BNI targetkan fee based income tumbuh 12%-14% tahun 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×