kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.564.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 16.305   -35,00   -0,22%
  • IDX 7.080   122,90   1,77%
  • KOMPAS100 1.053   23,69   2,30%
  • LQ45 827   25,88   3,23%
  • ISSI 213   1,79   0,85%
  • IDX30 425   13,62   3,31%
  • IDXHIDIV20 508   17,23   3,51%
  • IDX80 120   2,84   2,41%
  • IDXV30 124   2,46   2,02%
  • IDXQ30 140   4,41   3,25%

Kredit Menganggur Perbankan Kian Menggunung


Senin, 09 Desember 2024 / 19:54 WIB
Kredit Menganggur Perbankan Kian Menggunung
ILUSTRASI. Fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah atau yang disebut dengan kredit menganggur (undisbursed loan) tercatat masih menumpuk. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/25/07/2024


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah atau yang disebut dengan kredit menganggur (undisbursed loan) tercatat masih menumpuk.

Hal ini menandakan para pengusaha menahan untuk menarik fasilitas kreditnya yang telah disetujui oleh pihak perbankan. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, pada periode September 2024, undisbursed loan untuk Bank Umum meningkat 3,5% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 2.143,18 triliun. Adapun di periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp 2.070,54 triliun. 

Walau demikian, kredit menganggur terlihat mulai menurun secara bulanan (mtm) sebesar 0,5% dari periode Agustus 2024 sebesar Rp 2.154,66 triliun.

Meningkatnya undisbursed loan bank umum secara tahunan berasal dari kenaikan undisbursed loan Bank Umum KBMI 2,3 dan 4.

Baca Juga: Kredit Menganggur Perbankan Kian Menumpuk, Ini Penyebabnya

Berbeda dengan Bank KBMI 2,3 dan 4, undisbursed loan Bank Umum KBMI 1 justru turun 14,4% menjadi Rp 118,03 triliun secara tahunan (yoy) dari September 2023 mencapai Rp 137,84 triliun.

Undisbursed loan Bank milik BUMN juga tercatat masih meningkat pada periode September 2024 sebesar 4,5% menjadi Rp 426,08 triliun yoy, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 407,87 triliun.

Selanjutnya, undisbursed loan bank swasta nasional tercatat naik secara tahunan (yoy) pada periode September 2024 sebesar 7,7% menjadi Rp 1.414,72 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1.313,88 triliun. 

Tetapi angka tersebut justru melandai secara bulanan sebesar 1,3% dari periode Agustus 2024 sebesar Rp 1.433,99 triliun.

Sementara, Undisbursed Loan Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang justru mencatat penurunan pada periode September 2024 sebesar 2,6% yoy menjadi Rp 28,49 triliun, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 29,25 triliun.

Kredit menganggur atau undibursed loan di sejumlah bank juga terlihat masih menumpuk, meskipun rata-rata pertumbuhan kredit mereka meningkat dobel digit. 

Ambil contoh PT Bank Mandiri Tbk yang mencatatkan pertumbuhan kredit sebesr 22,5% hingga Oktober 2024, mencapai Rp 1.263,84 triliun. Namun kredit menganggur Bank Mandiri masih cukup besar, bahkan naik secara tahunan seiring dengan kredit yang bertumbuh.

Bank Mandiri mencatat total kredit menganggur mencapai Rp 256,48 triliun pada Oktober 2024, naik 12,97% yoy dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 227,04 triliun.

Tidak hanya Bank Mandiri, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga mencatatkan total kredit menganggur  mencapai Rp 403,14 triliun pada Oktober 2024, naik 5,6% yoy dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 381,84 triliun.

Baca Juga: Meski Kredit Tumbuh, Banyak Debitur yang Belum Memanfaatkannya

Kenaikan kredit menganggur tersebut seiring dengan pertumbuhan kredit BCA yang sebesar 14,2% yoy pada Oktober 2024 mencapai Rp 858,06 triliun.

EVP Corporate and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn mengatakan, kenaikan kredit menganggur perseroan dikarenakan meningkatnya pembiayaan di semua segmen, seperti UKM, Korporasi, hingga kredit konsumer.

"Pada prinsipnya, BCA berkomitmen menyalurkan kredit ke berbagai sektor untuk menunjang program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah," kata Hera kepada Kontan.co.id, Senin (9/12). 

Hera menjelakan, dengan mempertimbangkan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif dan inflasi yang terkendali, serta ditopang oleh likuiditas BCA yang memadai, pihaknya optimistis dapat menjaga pertumbuhan kredit berkualitas secara berkelanjutan. 

PT Bank CIMB Niaga Tbk menjadi salah satu bank di jajaran bank KBMI 3 yang masih mencatatkan peningkatan pada kredit menganggur.

mencatat total kredit sebesar Rp 147,24 triliun pada Oktober 2024, naik 1,4% yoy dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 145,16 triliun. Sejalan dengan itu, total kredit menganggur perseroan meningkat menjadi 9,9% menjadi Rp 108,24 triliun.

Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, sampai saat ini undisbursed loan tetap stabil di setiap segmen, tidak terlihat kenaikan.

"Karena dari sisi pertumbuhan commitment loan juga relatif mild di sekitar 6%-an karena kami sangat selektif dalam kondisi cost of fund yang masih tinggi," katanya.

Adapun Bank Jatim masuk jajaran Bank Daerah yang mencatatkan kredit menganggur yang masih tinggi. Tercatat kredit menganggur Bank Jatim pada periode Oktober 2024 meningkat 35,5% menjadi Rp 3,91 triliun.

Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman mengatakan, kondisi tersebut mencerminkan terdapat pengaruh deflasi yang terjadi antara bulan Mei-September 2024 ini.

"Sektor yang mendominasi dalam kurangnya pemaksimalan pemanfaatan kredit BJTM yaitu yang berhubungan dengan kredit modal usaha dibidang perdagangan dan proyek pembangunan," ucap Busrul.

Walau demikian, Busrul mengaku untuk posisi di Oktober 2024, fasilitas kredit sudah banyak digunakan oleh debitur, hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan total kredit  Mont on Month yang disalurkan oleh BJTM, yang menyentuh Rp 60,73 triliun, tumbuh Rp 0,96 triliun dari September 2024. 

Baca Juga: Penyebab Kredit Menganggur di Perbankan Terus Menumpuk

"Dari keseluruhan kredit yang disalurkan, seluruh kredit sudah dimanfaatkan oleh debitur. Relatif tidak ada pengaruh yang signifikan dari keadaan ekonomi utamanya di jawa timur untuk periode Oktober 2024, dengan inflasi MtM sebesar 0,15," ungkapnya.

Lebih lanjut Busrul menerangkan, hingga Oktober 2024, undisbursed loan BJTM mendekati nilai 6,05% dari total keseluruhan kredit yang telah disalurkan. Hal ini menunjukkan bahwa debitur telah memanfaatkan seluruh kredit yang diberikan secara maksimal di seluruh sektor. 

Proyeksi ekonomi para analis Kebijakan pemerintah tentang beberapa program, mulai dari makan siang gratis untuk pelajar, dan lain-lain disebut Busrul akan mempengaruhi pertumbuhan kredit BJTM secara keseluruhan, termasuk pemanfaatan kredit oleh debitur.

Selain itu, peningkatan permintaan kredit kepada BJTM, terutama dari sektor-sektor yang berhubungan terhadap biaya modal seperti usaha kecil dan menengah (UMKM).

"Dan jika kondisi makroekonomi  tetap stabil hingga akhir tahun 2024 ini, tren penyaluran kredit Bank Jatim berpotensi tumbuh hingga akhir tahun sesuai yang ditargetkan," tandasnya.

Executive Director Celios Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, meskipun terlihat penurunan kredit menganggur secara bulanan, tapi jika dilihat memang sektor industri salah satu penyumbang kredit menganggur yang cukup besar. Hal ini disebut Bhima sejalan dengan PMI, manufaktur yang melemah. 

"Kemudian yang kedua tentu di sektor perkebunan karena harga, komoditas perkebunannya sedang melemah juga itu berpengaruh. Kalau diperhatikan juga ada kredit menganggur di sektor UMKM karena pertumbuhan kredit UMKM ini kecil ya, cuman 5% padahal pertumbuhan kredit secara umumnya 10%," jelasnya.

Menurut Bhima, sebagian kredit menganggur yang berkurang, diduga ada indikasi bahwa masuknya kepada penyaluran kredit di sektor pertambangan terutama untuk komoditas batu bara, nikel, timah ,jadi termasuk untuk industri pengolahan tapi untuk yang terkait hilirisasi nikel.

Baca Juga: Ekonomi Sedang Tak Baik, Kredit Nganggur Naik

"Jadi sebagian mungkin masuk ke sana karena mendukung juga program pemerintah yang masih fokus pada hilirisasi SDA hasil tambang dan memang pertumbuhan kredit ke batu baranya tinggi sekali kalau bisa dilihat ya, jadi memang ada korelasinya ke sana," tambahnya.

Walau demikian, Bhima menyebut, kredit menganggur masih akan cukup besar ke depan terutama juga bank masih wait and see terkait resiko terutama di sektor manufaktur, retail, karena efek dari kenaikan PPN 12%, meskipun ke barang mewah, hal itu dinilai Bhima juga akan terdampak pada outlook dari sisi perbankan.

"Selain itu, faktor bencana alam apalagi diperkirakan Januari, Februari curah hujan cukup tinggi di Jabodetabek yang bisa mengganggu aktivitas konsumsi masyarakat aktivitas ekspor, juga industri pengolahan dan bank juga memperhatikan dari faktor permintaan ekspor, perang dagang perlambatan ekonomi China, itu juga ada kaitannya dengan kredit menganggur selain juga faktor suku bunga," ungkapnya.

Menurutnya, jika suku bunga masih masih tinggi atau penurunannya tertahan maka imbasnya juga bank dan pelaku usaha atau calon debitur akan lebih hati-hati dalam menggunakan fasilitas kreditnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×