Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kredit menganggur atawa undisbursed loan perbankan belum menunjukkan tanda-tanda surut.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, pada Februari 2025 jumlah kredit menganggur perbankan mencapai Rp 2.332 triliun, meningkat 11,52% secara tahunan (year on year/YoY). Angka ini hanya turun tipis 0,6% secara bulanan (month on month/MoM) dibanding Januari 2025 yang tercatat sebesar Rp 2.348 triliun.
Berdasarkan tier kepemilikan modal inti, kelompok bank bermodal inti (KBMI) 3 tampak membukukan kredit menganggur terbanyak yang mencapai Rp 912,8 triliun, naik 9,4% YoY.
Angka ini disusul KBMI IV yang tercatat naik 14,7% YoY sebesar Rp 879,9 triliun. Kemudian, KBMI 2 menempati posisi ketiga dengan total kredit menganggur sebanyak Rp 417,7 triliun atau naik 9,9% YoY. Lalu posisi terakhir diisi KBMI 1 dengan total sebesar Rp 122,4 triliun, naik 10,6% YoY.
Baca Juga: Kredit Menganggur Perbankan Kian Menggunung
Terkait hal ini, ekonom sekaligus pengamat perbankan Universitas Bina Nusantara, Doddy Ariefianto mengatakan, angka kredit menganggur perbankan secara industri di periode tersebut cukup tinggi.
Doddy menilai, salah satu penyebabnya ialah adanya efisiensi anggaran pemerintah yang berimbas terutama pada melemahnya pertumbuhan bisnis di sektor pariwisata seperti hotel, travel, dan restoran. Akibatnya, perusahaan memilih menunda atau membatalkan pencairan pinjaman yang telah disetujui bank.
“Ini tanda dunia usaha, kapasitasnya, belum optimal atau mungkin ada proyek yang cancel atau dipangkas anggarannya,” terang Doddy, Rabu (28/5).
Menurut dia, bila pertumbuhan ekonomi positif di angka 4%–6%, kredit menganggur semestinya dapat ditekan dalam rentang 8%–10%.
Sementara itu, VP Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan bilan lesunya daya beli masyarakat masih menghantui semangat perusahaan untuk berekspansi. Akibatnya, mereka kerap menunda realisasi pinjaman.
Bila ini terus terjadi, kata Trioksa sumber pendapatan bunga bank bisa berkurang.
Baca Juga: Kredit Menganggur Perbankan Menumpuk Saat Ketidakpastian Ekonomi Meningkat
Adapun berdasarkan riset Kontan terhadap KBMI 4, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tampaknya paling banyak membukukan kredit menganggur per April 2025, yakni sebesar Rp 414,7 triliun atau naik 5,6% YoY.
Kemudian, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyusul dengan total kredit menganggur sebanyak Rp 263,6 triliun, meningkat 10,6% YoY.
Lalu ada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), yang total kredit menganggurnya per Maret 2025 sebesar Rp 138,6 triliun, naik 3,4% YoY.
Sementara itu dari jajaran KBMI 3, kredit menganggur paling banyak dicatatkan PT Bank SMBC Indonesia Tbk yakni sebanyak Rp 131 triliun, naik 8% YoY.
Posisi kedua ditempati PT Bank Danamon Tbk, yakni sebesar Rp 115,8 triliun atau naik 16,5% YoY.
PT CIMB Niaga Tbk lalu mengisi posisi ketiga dengan total kredit menganggur sebesar Rp 110,4 triliun atau naik 3,17% YoY.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn menerangkan, pada dasarnya tingkat penyaluran kredit BCA akan sejalan dengan kondisi ekonomi.
Baca Juga: Kredit Menganggur di Bank Besar Meningkat, BCA Catat Nilai Tertinggi
Melansir laporan keuangannya, BCA telah menyalurkan kredit sebesar Rp 923 triliun di bulan April ini, naik 12,8% YoY.
“BCA berkomitmen menyalurkan kredit secara prudent, sekaligus mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko disiplin,” ujar Hera.
Ke depan, ia optimistis perekonomian Indonesia akan tumbuh positif sehingga angka kredit menganggurnya dapat kembali melandai.
Di lain pihak, Presiden Direktur PT CIMB Niaga Tbk, Lani Darmawan mengatakan, angka kredit menganggur CIMB Niaga tersebut menurutnya masih berada di level terjaga.
Sebab menurutnya, selama ini pihaknya sangat selektif untuk memberikan kredit. Hal ini tercermin dari tidak adanya sektor spesifik yang menyumbang kredit menganggur terbanyak sehingga menurutnya tersalurkan secara merata.
Adapun per April 2025, emiten bersandi saham BNGA ini telah menyalurkan kredit sebesar Rp 160,2 triliun, naik 10,2% YoY.
“Karena kebijakan kredit kami yang lebih prudent, melihat sikon (situasi dan kondisi) ekonomi saat ini, kami tidak memproyeksikan ada kenaikan unused credit yang signifikan,” tutup Lani.
Selanjutnya: Kinerja Penunjang Hulu Migas Diprediksi Positif Jelang Revisi Skema Gross Split
Menarik Dibaca: Ekspansi Halodoc, Melalui Sektor Pendidikan : Halodoc Academy
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News