kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.874.000   -21.000   -1,11%
  • USD/IDR 16.354   0,00   0,00%
  • IDX 7.176   -23,15   -0,32%
  • KOMPAS100 1.044   -7,03   -0,67%
  • LQ45 815   -3,41   -0,42%
  • ISSI 226   -0,18   -0,08%
  • IDX30 426   -2,13   -0,50%
  • IDXHIDIV20 508   0,07   0,01%
  • IDX80 118   -0,55   -0,47%
  • IDXV30 121   0,13   0,11%
  • IDXQ30 139   -0,23   -0,17%

Kredit Konsumsi Melambat, Bank Akan Revisi Target Tahun Ini?


Rabu, 07 Mei 2025 / 19:21 WIB
Kredit Konsumsi Melambat, Bank Akan Revisi Target Tahun Ini?
ILUSTRASI. Pertumbuhan kredit konsumsi perbankan melambat di kuartal I Maret 2025. Hal ini terjadi seiring pelambatan ekonomi dan berbagai efek domino yang ditimbulkannya.


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kredit konsumsi perbankan melambat di kuartal I 2025. Hal ini terjadi seiring pelambatan ekonomi dan berbagai efek domino yang ditimbulkannya. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekonomi kuartal I 2025 hanya tumbuh 4,87% YoY. Melambat dibandingkan kuartal I 2024 yang sebesar 5,02% YoY. 

Efeknya, kredit yang disalurkan perbankan ke sektor konsumsi jadi ikut tertekan. Data uang beredar BI per Maret 2025 menunjukkan, kredit konsumsi pada bulan Maret hanya tumbuh 9,2% secara tahunan (YoY), yakni sebesar Rp 2.235,7 triliun.

Pertumbuhan kredit konsumsi ini melambat dibandingkan bulan Februari 2025 yang tumbuh 10,2% YoY dan bulan Januari 2025, yang tumbuh sebesar 10,3% YoY.

Baca Juga: Laju Pertumbuhan Kredit Perbankan Melambat Signifikan, Gubernur BI Ungkap Pemicunya

Jika dirinci, hampir seluruh komponen utama kredit konsumsi mengalami perlambatan. 

Kredit pemilikan rumah (KPR) hanya tumbuh 8,9% YoY menjadi Rp 806,2 triliun pada Maret 2025, melambat dari 10,7% YoY di Februari dengan nominal Rp 800,8 triliun.

Kredit kendaraan bermotor (KKB) tumbuh 5,9% YoY menjadi Rp 144,8 triliun. Juga melambat dibadingkan bulan Februari 2024 yang tumbuh 6,1% YoY.

Sementara kredit multiguna di bulan Maret 2025 naik 9,7% YoY menjadi Rp 1.284,7 triliun, melambat dari pertumbuhan sebesar 10,3% YoY pada Februari 2025.

Menurut Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, pertumbuhan kredit konsumsi perbankan tersebut sebagai dampak tren pelemahan daya beli. 

Hal ini juga diperparah dengan kondisi likuiditas perbankan yang belum terlalu memadai.

Tidak Pangkas Target

Sementara itu, Direktur Kepatuhan Bank OK Efdinal Alamsyah menilai, ada tiga hal yang menjadi tantangan pertumbuhan kredit konsumer ke depan.

Pertama, tekanan daya beli masyarakat yang tak kunjung pulih. Hal ini imbas suku bunga yang relatif tinggi dan melonjaknya harga bahan pokok serta biaya hidup sehingga masyarakat lebih selektif dalam berutang.

Hal ini berdampak pada persaingan sengit antar bank yang ingin mendorong pertumbuhan kredit konsumernya. 

“Banyak bank besar dan fintech yang lebih agresif di segmen konsumtif, termasuk pinjaman tanpa agunan dan kartu kredit,” jelas Efdinal kepada Kontan, Selasa (6/5).

Dampaknya juga bisa berlanjut pada pemburukan kualitas kredit dan rasio kredit macet (non performing loan/NPL) perbankan yang berpotensi naik. 

Di Bank OK sendiri, Efdinal mengaku, outstanding kredit retail turun 9% YoY per bulan Mei 2025 ini.

Supaya kredit konsumer tetap terjaga, kata Efdinal, Bank OK bakal melakukan pendekatan yang konservatif. Seperti memperkuat platform digital untuk meningkatkan efisiensi, diversifikasi produk dan portofolio kredit ke sektor rendah risiko, dan pemeliharaan NPL yang rendah.

“Bank OK menargetkan pertumbuhan kredit (secara keseluruhan) sekitar 10% YoY pada tahun 2025, dengan fokus pada segmen korporasi, ritel, dan UMKM,” ujarnya.

Kendati kondisi perekonomian tengah bergejolak, hingga saat ini OK Bank mengaku belum berencana merevisi target tersebut. “Sejauh ini OK Bank masih on track terkait dengan pertumbuhan kredit,” sebut Efdinal.

Segendang sepenarian, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) juga belum berencana merevisi target kreditnya yang dibidik tumbuh 6%-8% tahun ini.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn bilang, BCA akan tetap fokus pada fundamental bisnis perseroan seraya tetap mengambil langkah yang pruden dalam menghadapi dinamika perekonomian saat ini.

Adapun, kredit konsumer BCA di kuartal l 2025 tercatat sebesar Rp 225,7 triliun, naik 11,3% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp 202,7 triliun di kuartal l tahun sebelumnya.

Hera merinci, komposisi pertumbuhan didominasi kredit pemilikan rumah (KPR) yang tumbuh 10,5% YoY sebesar Rp 135,3 triliun. Disusul kredit kendaraan bermotor (KKB) tumbuh 12,3% YoY menjadi Rp 67,1 triliun. Serta outstanding pinjaman konsumer lain yang didominasi kartu kredit tumbuh 13,9% YoY hingga Rp 23,3 triliun.

“BCA akan terus mendorong penyaluran kredit ke semua sektor dan segmen dari mulai korporasi, UMKM, hingga individu,” ucap Hera.

Baca Juga: Aktivitas Bisnis Tertekan, Pertumbuhan Kredit Modal Kerja Melambat

PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Timur (Bank Jatim) pun tak ada tanda bakal merevisi target kreditnya. 

“Bank Jatim belum melakukan revisi terhadap target kredit tahun 2025 baik secara segmen maupun keseluruhan,” kata Direktur Keuangan, Treasury, and Global Services Bank Jatim Edi Masrianto kepada Kontan, Rabu (7/5).

Adapun, kredit konsumer Bank Jatim pada triwulan l 2025 masih tumbuh 12,78% YoY sebesar Rp 35 triliun.

Namun kata Edi, kondisi perekonomian nasional maupun regional bakal jadi pertimbangan Bank Jatim ke depan untuk menetapkan target kreditnya.

Sebab menurut Edi, ketidakpastian ekonomi bakal memengaruhi kondisi perekonomian regional di Jawa Tengah, seperti tingginya angka pengangguran, efisiensi beberapa pos belanja pemerintah, dan tantangan persaingan ketat digitalisasi perbankan.

“Meskipun saat ini konsumsi rumah tangga masih terjaga, sebagian besar dorongan tersebut ditopang oleh momentum musiman seperti hari raya keagamaan dan musim sekolah, termasuk stimulus fiskal pemerintah, seperti pemberian insentif perpajakan,” ungkap Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×