Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi daya beli masyarakat tak kunjung mengalami perbaikan. Salah satu cerminan kondisi tersebut tampak dalam penyaluran kredit konsumsi yang terus melanjutkan perlambatan di semua segmen.
Bahkan, di tengah pertumbuhan kredit yang melambat, kondisi suku bunga yang tinggi pun juga berpotensi semakin memperburuk kondisi tersebut. Pasalnya, ada pula bank yang bahkan meningkatkan bunga kreditnya untuk kredit konsumsi.
Jika mengacu pada data Bank Indonesia (BI), kredit konsumsi per Februari 2025 hanya mengalami pertumbuhan sekitar 9,4% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 2.208,5 triliun. Sementara, di akhir 2024, pertumbuhan kredit konsumsi bisa mencapai 10,5% YoY menjadi Rp 2.209,7 triliun.
Salah satu bank yang tampak menaikkan bunga kreditnya adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) BCA untuk segmen KPR/KPA yang berlaku mulai 31 Maret 2025 ada di level 9,47%. Pada bulan sebelumnya, SBDK BCA di segmen tersebut sekitar 9,22%.
Tak hanya untuk segmen KPR/KPA, SBDK untuk kredit non KPR maupun KPA juga mengalami kenaikan menjadi 71,2%. Di mana, SBDK di segmen tersebut pada bulan sebelumnya masih berada di level 6,42%.
EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn bilang pihaknya memang selalu melakukan penyesuaian suku bunga secara berkala. Namun, ia menegaskan tetap menjaga tingkat suku bunga kredit pada level yang dapat diterima pasar dan memperhatikan daya beli masyarakat.
“Secara keseluruhan, SBDK BCA menjadi salah satu yang paling kompetitif,” ujar Hera, Rabu (19/4)
Baca Juga: Helmy Yahya dan Mardigu Wowiek Resmi Bergabung Sebagai Komisaris Baru Bank BJB
Hera juga menyadari bahwa pada umumnya, kredit konsumer dipengaruhi berbagai faktor, termasuk pendapatan rumah tangga. Sebab, faktor tersebut memiliki korelasi yang erat dengan kondisi ekonomi.
Oleh karenanya, BCA juga mencermati perkembangan ekonomi dan pola konsumsi masyarakat. Harapannya, bank dapat memastikan pertumbuhan kredit berkelanjutan yang tetap memiliki kualitas baik.
Adapun, salah satu upaya yang dilakukan bank swasta terbesar tanah air ini untuk mendorong pertumbuhan kredit konsumer adalah memberikan beragam promo bagi segenap nasabah untuk jadi stimulus.
“Hal ini dilakukan untuk menstimulus permintaan kredit dengan pengenaan bunga yang terukur, sehingga keberlanjutan pembiayaan terjaga,” terangnya.
Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan mengakui bahwa kredit konsumer memang menghadapi tantangan. Terlebih, ia melihat kredit KPR yang relatif tidak mengalami pertumbuhan.
“KPR yang tidak tumbuh karena faktor profitability yang challenging karena cost of fund yang masih tinggi dan kompetisi ketat,” ujar Lani, Rabu (16/4)
Namun, meski daya beli cenderung menurun, Lani melihat masih ada pertumbuhan untuk beberapa segmen. Ambil contoh, kredit kendaraan bermotor yang tumbuh sekitar 27% dan KTA yang tumbuh 14%. Alhasil, secara total kredit konsumer tumbuh 5.5%.
Di sisi lain, Lani bilang tidak jor-joran dalam memberikan kredit agar mampu mengelola kualitas aset yang baik. Setidaknya untuk jangka panjang, kualitas aset atau NPL perbankan tidak membesar.
“Saat ini asset quality terjaga baik,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya memiliki ketentuan bunga kredit yang tampak lebih selektif. Di mana, CIMB Niaga menggunakan relationship & risk based pricing dengan melihat total relationship profitability dari klien.
Hampir serupa, Direktur Kepatuhan Bank OK Efdinal Alamsyah pun bilang pihaknya juga lebih hati-hati dan selektif dalam menyalurkan kredit baru. Tujuannya, menjaga kualitas aset yang dipengaruhi oleh suku bunga yang relatif tinggi dan penurunan daya beli masyarakat, serta ketidakpastian ekonomi global.
Dampaknya, Efdinal menyebutkan OK Bank mengalami penurunan kredit konsumsi sebesar kurang lebih 12% apabila dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2024.
“OK Bank cenderung lebih konservatif dalam ekspansi kredit untuk menjaga stabilitas dan kualitas portofolio kredit konsumsi,” ujarnya.
Baca Juga: Ditunjuk Jadi Komisaris Bank BJB, Ini Rencana Helmy Yahya
Selanjutnya: Ini Sejumlah Sentimen yang Bakal Tekan Nilai Penerbitan Obligasi Multifinance di 2025
Menarik Dibaca: 5 Makanan yang Tidak Boleh Dipanaskan Kembali, Awas Beracun!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News