kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Kredit Modal Kerja Penyumbang NPL Terbesar


Senin, 15 Juni 2009 / 16:46 WIB
Kredit Modal Kerja Penyumbang NPL Terbesar


Reporter: Novrida Manurung |

JAKARTA- Memasuki kuartal kedua 2009, industri perbankan masih dipusing dengan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Buruknya kondisi perekonomian mempengaruhi kemampuan bayar para debitur, sehingga catatan kredit bermasalah di perbankan sejak awal tahun hingga akhir April 2009, masih memperlihatkan kenaikan.

Lihatlah data statistik perbankan yang disajikan oleh Bank Indonesia (BI). Bila pada awal tahun nominal NPL perbankan sebesar Rp 46,3 triliuan atau secara rasio sebesar 3,59%, maka pada akhir April 2009, nominalnya telah melonjak menjadi sebesar Rp 52,7 triliun atau 4,1%. Itu artinya, dalam masa tiga bulan telah terjadi tambahan nominal NPL sebesar Rp 6,4 triliun.

Bila dilihat dari jenis kreditnya, maka penyumbang terbesar terhadap total kenaikan NPL itu berasal dari kredit modal kerja (KMK). Sejak awal tahun hingga April lalu, nominal kredit bermasalah KMK telah mengalami kenaikan sebesar Rp 5,72 triliun dari Rp 25,36 triliun menjadi sebesar Rp 31,08 triliun.

Penyumbang terbesar kedua, berasal dari kredit investasi (KI), yang mengalami peningkatan dari Rp 10,9 triliun pada akhir Januari, menjadi sebesar Rp 12 triliun pada April 2009. Itu berarti KI memberikan sumbangsih NPL sebesar Rp 1,1 triliun.

Sementara itu, kredit konsumsi (KK), yang tadinya dikhawatirkan akan mengalami kenaikan NPL karena melemahnya daya beli masyarakat, justru berhasil menurunkan nominal NPL. Pada akhir Januari, kredit bermasalah KK tercatat sebesar Rp 10,03 triliun, diakhir April 2009 telah berhasil ditekan menjadi Rp 9,6 triliun.

Bila kelompok bank umum belum berhasil menekan kenaikan NPL, tidak demikian halnya dengan kelompok bank perkreditan rakyat (BPR). BPR berhasil menurunkan kredit bermasalahnya dari Rp 2,6 triliun atau secara rasio sebesar 10,3% pada akhir Januari 2009, di akhir April, nominalnya turun menjadi Rp 1,9 triliun dengan rasio sebesar 7,6%.

Padahal pertumbuhan kredit baru bank umum dan BPR tidaklah jauh berbeda. Kelompok bank umum misalnya berhasil menyalurkan kredit baru sekitar Rp 10 triliun menjadi Rp 1.297,64 triliun pada akhir April 2009 atau tumbuh sebesar 0,6% dari akhir Januari sebesar Rp 1.289,84 triliun.

Sedangkan BPR berhasil menyalurkan kredit baru sebesar Rp167 miliar menjadi Rp 25,57 triliun atau tumbuh sebesar 0,7% juga dari akhir Januari 2009 sebesar Rp 25,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×