kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,54   -10,97   -1.19%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI Berharap Modal Kerja Dominasi Kredit 2009


Selasa, 11 November 2008 / 08:02 WIB
BI Berharap Modal Kerja Dominasi Kredit 2009


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali mewanti-wanti kalangan perbankan agar lebih selektif menyalurkan kredit, baik menjelang tutup tahun 2008 ini maupun sepanjang tahun depan. BI ingin pertumbuhan kredit 2009 tidak lebih kencang dari penghimpunan dana masyarakat.

Deputi Gubernur BI Hartadi A. Sarwono menyebutkan, porsi pertumbuhan kredit yang pas di tahun depan berkisar 22%. Angka itu lebih kecil dibandingkan pertumbuhan kredit sepanjang tahun ini yang diperkirakan berkisar antara 32%-33%.

Oleh sebab itu Hartadi berharap, perbankan bersedia mengerem kredit secara bertahap sehingga tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi.

Menurut BI, pertumbuhan kredit 2008 masih belum seimbang dengan laju pengumpulan dana pihak ketiga (DPK) oleh perbankan. Kredit yang mengucur deras telah menyebabkan perbankan mengalami kekeringan likuiditas. Ujung-ujungnya mereka harus memantik perang bunga simpanan untuk memikat dana nasabah.

Hingga akhir September 2008, rata-rata pertumbuhan kredit perbankan mencapai 34,8%, sedikit melambat dibandingkan Agustus yang mencapai 36%. Penyebab penurunan itupun adalah likuiditas di perbankan sudah mulai mengering sejak September. Saat itu BI langsung mengingatkan bank agar hati-hati dalam memilih debitur.

Dia juga memperkirakan permintaan kredit, khususnya kredit konsumsi, dan modal kerja tetap tinggi.

Sebaliknya, permintaan kredit investasi bakal lebih rendah ketimbang tahun ini. Hanya saja, BI juga memperkirakan permintaan kredit untuk modal kerja akan meningkat tajam. "Modal kerja akan jadi core bagi pertumbuhan ekonomi tahun 2009," katanya, (10/11).

Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan Halim Alamsyah juga mengingatkan perihal pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari DPK. Ini bisa meningkatkan risiko kualitas kredit, bahkan bisa mendorong lonjakan kredit macet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×