kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Kredit sektor cilik BMRI naik 45%


Senin, 17 Januari 2011 / 10:39 WIB
Kredit sektor cilik BMRI naik 45%


Reporter: Nina Dwiantika |

JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) berhasil menyalurkan kredit mikro hingga Rp 6,5 triliun per akhir Desember 2010. Kredit tersebut diberikan kepada lebih dari 545 ribu debitur. Jika dihitung sevara year on year (yoy) kredit sektor cilik ini sudah tumbuh 45% dibanding realisasi pengucuran kredit tahun lalu yang sebesar Rp 4,5 triliun.

Selain menggenjot penyaluran kredit, BMRI juga menjaga rasio kredit macet di level 4% gross.

Portofolio kredit mikro terbesar terdapat pada sektor perdagangan, sebesar 49,5% dari total portofolio kredit mikro BMRI dan sektor jasa sekitar 40,4%.

”Kami melihat potensi sektor mikro sangat baik, sehingga kami ingin meningkatkan peran aktif kami untuk mengembangkan sektor yang menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi ini,” kata Senior Vice president Micro business Development Bank Mandiri, Tardi, kemarin (16/1).

Ia menjelaskan saat ini baru sekitar 30% dari total sekitar 16 juta usaha mikro dan kecil yang sudah menikmati fasilitas pembiayaan kredit mikro. Padahal sektor mikro ini dinilai sebagai bidang usaha yang menyerap banyak tenaga kerja dan terbukti mampu bertahan dalam menghadapi krisis ekonomi global yang terjadi beberapa waktu lalu.

Pada tahun ini BMRI berencana menambah jumlah outlet mikro hingga sebanyak 400 outlet sehingga total outlet mikro yang dimiliki menjadi 1.900 outlet. ”Untuk melayani para pengusaha mikro, kami kini memiliki tidak kurang dari 7.500 pegawai yang diseleksi sesuai kebutuhan pengembangan bisnis di daerah masing-masing dikarenakan pegawai mikro harus dapat memahami kultur setempat agar bisa menjalankan bisnis mikro dengan baik,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×