Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Johana K.
JAKARTA. Permintaan kredit berdenomasi valuta asing (valas) dalam negeri yang masih sepi, tak mengkhawatirkan PT BNI Tbk. Bank pelat merah beraset ketiga terbesar ini mengaku sudah tidak lagi agresif untuk ekspansi kredit valas. "Permintaan masih sepi, tapi BNI memang tidak terlalu agresif kredit valasnya. Maka itu likuiditas valas kami juga melimpah. Saat ini, nilai outstandingnya sudah di atas US$ 2 miliar," jelas Direktur Internasional dan Tresuri Bank BNI Bien Soebiantoro di Jakarta, Kamis (25/3).
Melimpahnya likuiditas valas saat ini menjadi alasan utama BNI tidak mengajukan utang valas baru ke Bank Indonesia (BNI). "Kami tidak ada rencana utang valas, yang ada malah rencana meminjamkan valas ke luar negeri," katanya.
Bien menuturkan, jaringan BNI di luar negeri justru banyak menerima permintaan peminjaman valas dari bank-bank di mancanegara tersebut. "Kami justru memberi pinjaman bank asing melalui cabang kami di Singapura," ujarnya.
Sayang, Bien tak ingat persis nilai utang valas yang sudah disalurkan BNI ke bank-bank asing tersebut.
Krisis finansial global sejak dua tahun lalu sudah memukul pertumbuhan kredit valas perbankan nasional. Bank Indonesia mencatat, laju pertumbuhan kredit valas susut sekitar 17,4% akibat lesunya kegiatan ekspor yang terpukul krisis.
Lemahnya kredit valas ini berpengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan kredit nasional yang tahun lalu hanya mencatat pertumbuhan 10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News