kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Krisis likuiditas menghantui bisnis bank


Rabu, 23 Januari 2013 / 10:57 WIB
Krisis likuiditas menghantui bisnis bank
ILUSTRASI. Mengatasi Masalah Jerawat, 5 Manfaat Asam Jawa Untuk Kecantikan Kulit


Reporter: Roy Franedya |

JAKARTA. Tahun 2013 menjadi periode yang menantang bagi perbankan Indonesia. Pasalnya, tingkat penyaluran kredit yang tinggi selama beberapa tahun terakhir, telah mengetatkan likuiditas. Bank yang memiliki rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) tinggi, atau di atas 90%, paling rentan terkena risiko likuiditas. Mereka harus memperbesar pendanaan, baik dari nasabah maupun menerbitkan surat utang.

Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), Jahja Setiaatmadja, mengatakan ketatnya likuiditas akibat permintaan kredit terus meningkat sementara sumber dana tidak mendukung.

Saat ini, rasio Gross Domestic Product (GDP) terhadap kredit masih rendah. Hal ini menandakan masih ada ruang penyaluran kredit tetapi harus ada dukungan likuiditas. "Pengetatan likuiditas valuta asing (valas) bahkan sudah terjadi sejak awal 2012," ujarnya, pada pemaparan proyeksi bisnis bank tahun 2013, di DPR, Selasa (22/1).

Jahja menambahkan, jika masalah likuiditas tidak bisa teratasi, maka peningkatan penyaluran kredit akan diikuti oleh kenaikan suku bunga pinjaman. Ia beralasan, bank perlu menaikkan bunga simpanan dalam menjaring pendanaan. Praktik ini tentu mengerek biaya dana.

Tahun ini, Jahja memprediksi kredit tumbuh 22%-24%. Jika kredit tumbuh lebih tinggi lagi akan menimbulkan overheating ekonomi yang merusak kondisi makro.

Per November 2012, LDR perbankan mencapai 83,6% atau meningkat dari November 2011 yang mencapai 81%. Adapun LDR valas mengalami peningkatan dari 87,2% menjadi 93%. Nah, untuk mencapai pertumbuhan kredit 22% tahun ini dibutuhkan tambahan modal sebesar Rp 115 triliun.

Direktur Operasional Bank Danamon, Mulyadi Rahardja, mendukung pernyataan Jahja. Menurutnya, LDR perbankan sudah mendekati titik optimum penyaluran dana. Sebab, bank harus menyisihkan 15% bagi keamanan likuiditas perbankan. "Dalam kondisi ini harus diperhatikan penyaluran dana antarbank karena bila tidak bisa diamankan maka bank bisa kesulitan likuiditas," tukas dia.

Wakil Direktur Utama Bank CIMB Niaga James Rompas mengatakan, tahun ini CIMB Niaga akan fokus mengejar DPK untuk menurunkan LDR yang per September 2012 sudah berada di level 94%.

Salah satu cara menambah likuiditas dengan menerbitkan obligasi. Cara ini juga ditempuh Bank OCBC NISP. Bank ini menerbitkan obligasi Rp 3 triliun untuk menurunkan LDR menjadi 80%-85%. Per Desember 2012, LDR OCBC NISP mencapai 90%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×