kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kualitas kredit diramal memburuk, bagaimana kesiapan bank kecil?


Minggu, 29 Maret 2020 / 18:05 WIB
Kualitas kredit diramal memburuk, bagaimana kesiapan bank kecil?
ILUSTRASI. ilustrasi?Bank Woori Saudara


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengeluarkan kebijakan relaksasi kredit dalam rangka memitigasi dampak penyebaran virus corona (Covid-19), sejumlah bank telah berupaya memberikan pelonggaran bagi debitur yang terdampak Covid-19. Hal ini antara lain tertuang dalam POJK No.11/POJK.03/2020 tentang stimulus perekonomian nasional sebagai kebijakan countercyclical.

Namun, bukan berarti pemberian keringanan pelonggaran kredit atau keringanan kredit bisa diberikan secara cuma-cuma oleh bank. Sebelum memberikan keringanan, tentunya bank harus lebih dulu menganalisa sekaligus memperkuat struktur pencadangan agar kualitas kredit tetap terjaga.

Bukan hanya bank besar saja yang sudah bersiap, rupanya bank kecil pun juga telah mempersenjatai diri dengan memperkuat pencadangan kredit. PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) misalnya yang mengatakan saat ini rasio pencadangan sudah sebesar 65%. 

Baca Juga: Ada relaksasi kredit, bagaimana nasib perbankan?

Kendati terlihat kecil, Direktur Kepatuhan Bank BWS I Made Mudiastra mengatakan secara nominal pihaknya sudah menambah pencadangan hingga Rp 422 miliar sejauh ini.

Cara ini dilakukan perseroan agar rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bisa tetap stabil di kisaran 1,8% hingga maksimal 2% sampai akhir tahun. 

Walau sudah memupuk pencadangan, Bank BWS dalam analisanya tetap memproyeksi NPL bakal meningkat akibat perlambatan ekonomi. "Ada potensi (NPL) naik. Sekitar 0,2% sampai 0,4%," singkatnya kepada Kontan.co.id, Minggu (29/3).

Dalam kondisi perlambatan ekonomi seperti ini menurut Made, prioritas perbankan adalah menjaga agar usaha debitur tetap berjalan stabil, walau risiko meningkat. Lagipula, tingkat risiko di Bank BWS bisa dibilang tidak setinggi bank-bank kecil pada umumnya lantaran hampir separuh dari kredit perseroan merupakan kredit korporasi dengan mata uang valuta asing. "Bisa lebih aman, karena kredit sebagian valas dan sebagian rupiah," terangnya.

Baca Juga: Mau dapat keringanan kredit dari Bank Mandiri? Simak syaratnya

Serupa, Direktur PT Bank Pembangunan Daerah Sumsel Babel (Bank BSB) Antonius Prabowo bilang kendati kondisi ekonomi memburuk, pihaknya tidak ada niatan untuk merubah proyeksi di tahun 2020. Bukan tanpa sebab, saat ini rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) Bank BSB terbilang tinggi di atas 20%. 

Nah, dengan permodalan setebal itu, perseroan lebih percaya diri bila kondisi ekonomi tak kunjung membaik dalam waktu dekat. "Skenario terburuknya kami harus mencadangkan kredit sekitar Rp 400 miliar dan dengan kondisi ini bank masih sangat aman," terangnya.

Menurut analisa perseroan, bila skenario terburuk terjadi maka rasio NPL secara gross bisa saja menanjak sebanyak 1%-2%. Oleh sebab itu, Bank BSB sudah menyiapkan pencadangan agar NPL net perseroan stabil di kisaran 1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×