Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Di tengah seretnya kondisi perekonomian global, Indonesia Eximbank alias Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) berhasil unjuk gigi. Lihat saja, per Maret 2015, LPEI membukukan pembiayaan ekspor sekitar Rp 61,3 triliun. Angka ini melonjak 47% (yoy) ketimbang periode sama tahun sebelumnya yang berkisar Rp 41,5 triliun.
Basuki Setyadjid, Direktur Pelaksana III LPEI menjelaskan, pihaknya tak terpengaruh kondisi perekonomian dunia maupun Indonesia yang melambat. "Ekspor jalan terus, mungkin makro Indonesia terpengaruh, tapi Eximbank tidak. Karena rupiah melemah, dorongan untuk ekspor lebih banyak," ungkapnya kepada KONTAN, Jumat (15/5).
Bahkan, lanjut Basuki, pembiayaan yang berasal dari korporasi tumbuh 40,7% (yoy) menjadi Rp 56,5 triliun. Memang pembiayaan korporasi menempati porsi terbesar dari penyaluran kredit ekspor LPEI, yakni sekitar 92,16%. Sedangkan sisanya 7,84% atawa Rp 4,8 triliun merupakan pembiayaan ekspor usaha kecil dan menengah (UKM). Dalam waktu mendatang, ia memprediksi pembiayaan korporasi tetap akan menjadi penyumbang terbesar. "Kalau UKM kan sedikit yang ekspor. Masih di korporasi," imbuhnya.
Dari pembiayaan ekspor di triwulan pertama yang mencapai Rp 61,3 triliun, sekitar 45% mengalir ke pembiayaan skema investasi. Sedangkan sisanya 55% berupa pembiayaan modal kerja.
Dari sisi penerimaan pembiayaan, Basuki mengaku, sektor industri memberi kontribusi terbanyak, lebih dari 40%. Lalu diikuti oleh sektor pertambangan sekitar 15%-20%, sektor pertanian dan perkebunan sebanyak 10%-15% serta sisanya berasal dari sektor konstruksi dan lainnya.
LPEI yang mulai beroperasi sejak tanggal 1 September 2009 bergerak di empat lini usaha, yakni pembiayaan, penjaminan, asuransi dan jasa konsultasi baik kepada badan usaha yang berbentuk badan hukum maupun perorangan. Lembaga ini didirikan oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan pembiayaan ekspor nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News