Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Penyaluran pembiayaan baru PT Intan Baruprana Finance alias IBF cuma naik 5% pada kuartal ketiga tahun ini, yakni menjadi sekitar Rp 850 miliar. Perlambatan pertumbuhan pembiayaan tersebut lantaran bisnis perseroan fokus pada alat berat.
Pertumbuhan pembiayaan IBF tersebut sejalan dengan yang diramalkan pelaku industri dan asosiasi terkait. Penyebabnya, banyak pembiayaan alat berat mengalir ke sektor pertambangan yang notabene mengalami koreksi sejak tahun lalu.
Namun, Direktur Utama IBF Jap Hartono mengklaim, pihaknya sudah sejak tiga tahun lalu melakukan diversifikasi pembiayaan, baik dari sektor maupun segmennya. “Saat ini, sektor yang kami biayai fifty-fifty antara tambang dengan non-tambang. Selain itu, 80% dari new business kami berasal dari sektor non group,” ujarnya, Kamis (6/11).
Strategi tersebut dinilai berhasil menyelamatkan perseroan dari efek domino perlambatan pertumbuhan sektor pertambangan. Adapun, perluasan pembiayaan alat berat perseroan menjangkau sektor-sektor perkebunan, transportasi, infrastruktur, konstruksi, dan minyak dan gas bumi (migas). Tidak hanya itu, perseroan juga menambah jenis produk dan merek yang dibiayai.
Walhasil, meski pertumbuhan pembiayaan IBF suam-suam kuku, laba bersih periode berjalan perseroan yang akan go public mampu melesat hingga sekitar 70% atau menjadi Rp 50 miliar sampai September 2014. “Sampai akhir tahun, kami berharap, laba bisa mencapai Rp 60 miliar atau tumbuh dua kali lipat dari tahun lalu yang sebesar Rp 31,2 miliar,” terang Jap.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News