Reporter: Nina Dwiantika, Sanny Cicilia | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Kinerja kantor cabang asing (KCBA) yang beroperasi di Indonesia berkilau. Sebut saja Citibank dan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited (HSBC), menikmati kenaikan laba semester I-2012.
Berdasarkan laporan keuangan, laba Citibank semester I lalu naik 69% dalam setahun menjadi Rp 1,1 triliun. Sedangkan HSBC mencatat kenaikan laba sekitar 65% menjadi Rp 711 miliar.
Kedua bank tersebut mencatat pertumbuhan laba di atas rata-rata. Sebagai perbandingan, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), per akhir Juni lalu rata-rata laba perbankan asing dalam negeri tumbuh 49% dalam setahun.
Salah satu penyebab kenaikan laba kedua bank asing ini adalah keberhasilan mereka memangkas beban operasional bukan bunga. Citibank misalnya memangkas beban operasional non-bunga 45% menjadi Rp 536 miliar. Beban komponen yang menyusut di antaranya, pos spot dan derivatif, kerugian terkait risiko operasional serta beban komisi atau provisi.HSBC juga sukses menekan beban operasional non-bunga. Sehingga bisa meraup pendapatan operasional non-bunga sebesar Rp 77,68 miliar.
Sementara kenaikan bisnis inti bank, yakni pendapatan bunga boleh dibilang tidak begitu signifikan. Citibank misalnya, mencatatkan kenaikan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) cuma 3,36% menjadi Rp 1,54 triliun. Sedangkan HSBC mencatat pertumbuhan NII 3,03%, menjadi Rp 1,09 triliun. Padahal, dari sisi penyaluran kredit tumbuh 15,3% menjadi Rp 35,4 triliun. "Korporasi merupakan bisnis inti HSBC, kontribusinya 75%-80%," terang SPV Finance and Deputy Chief Finance Officer HSBC Indonesia, Hanna Tantani. Sisanya bisnis konsumer dan ritel.
Citi enggan mengumbar resep mengurangi ongkos operasional itu. "Visi kami jangka panjang, sehingga dengan fokus dan prioritas terhadap perusahaan dan kepuasan nasabah. Kami yakin akan membuahkan pendapatan yang konsisten," kata Tigor M. Siahaan, Citi Country Officer Indonesia, Rabu (29/8) malam.
Tapi, ada juga KCBA yang mencatatkan rugi, yakni Bank of America Merrill Lynch. Ia mencatat rugi Rp 957 juta, padahal setahun sebelumnya masih untung Rp 32,75 miliar. Salah satu penyebabnya adalah, pendapatan bunga bersih menyusut dari Rp 36,08 miliar menjadi Rp 10,6 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News