Reporter: Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Ina Perdana Tbk (Bank Ina) mengaku mayoritas laba mereka disumbang oleh pendapatan bunga atau net interest income (NII). Adapun untuk pendapatan komisi atau fee based income masih sangat terbatas karena layanan yang tidak selengkap bank besar.
Edy Kuntardjo, Direktur Utama Bank Ina menjelaskan, bank skala kecil masih belum mempunyai kontribusi FBI yang besar terhadap pendapatan bank. Itu dikarenakan fee based income memerlukan infrastruktur dan jaringan layanan yang mudah, cepat dan aman.
“Sumber fee based income Bank Ina sendiri hanya pada layanan pembayaran listrik dan telepon, atau transaksi ATM,” jelas Edy kepada Kontan.co.id, Selasa (17/4).
Menurutnya bank skala kecil memerlukan tambahab modal agar bisa menjangkau layanan berbasis IT agar dapat menghasilkan FBI ke depannya. Saat ini laba masih disumbang mayoritas oleh pendapatan bunga dengan net interest margin (NIM) sebesar 4,8% per Februari 2018.
“NIM 4% sudah bagus karena NIM akan makin tipis dan bank dituntut efisien termasuk tambah FBI agar dapat memberikan kontribusi pendapatan yang signifikan. Bank Ina tahun ini belum tambah modal karena CAR masih tinggi di level 62%. Namun kami setuju OJK mendorong bank ke buku III,” jelas Edy.
Pun pihaknya menargetkan pertumbuhan laba di tahun ini dapat tumbuh hingga 20% hingga 30% year on year. Sekadar informasi berdasarkan laporan keuangan bank per Februari 2018 pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) Bank Ina mencapai Rp 22,06 miliar atau tumbuh 16,17% dari tahun lalu sebesar Rp 18,99 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News