kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Laba bank Indonesia tertinggi di ASEAN


Senin, 14 April 2014 / 18:13 WIB
Laba bank Indonesia tertinggi di ASEAN
ILUSTRASI. Analis menilai TBIG telah antisipasi tren kenaikan bunga dengan memangkas bunga obligasi. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/YU


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Industri perbankan di Indonesia pada laporan keuangan tahun 2013 berhasil mencatatkan pertumbuhan profit yang cukup membanggakan. Terlebih, pencapaian itu diperoleh dalam kondisi perekonomian global yang sedang tidak menentu.

Kepala Ekonom PT Bank Tabungan Negara (BTN) Agustinus Prasetyantoko mengungkapkan, laba yang berhasil diraih perbankan Indonesia dinilai menjadi yang tertinggi dibanding negara-negara ASEAN lainnya.

"Perbankan Indonesia paling profitable di kawasan, mungkin juga di dunia, tidak ada yang setinggi ini," kata Prasetyantoko dalam diskusi bertema "Masa Depan Grup Keuangan Perbankan" di Jakarta, Senin (14/4).

Prasetyantoko mencontohkan, saat ini terdapat tiga bank di Indonesia yang paling menonjol dan dinilai mampu bersaing dengan bank-bank internasional lainnya. Ketiga bank tersebut adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri dan Bank Central Asia (BCA).

Ia menyebutkan, laba BRI sepanjang 2013 mampu mencapai Rp 21 triliun dan merupakan capaian laba tertinggi perbankan nasional. Selanjutnya laba Bank Mandiri yang mencapai Rp 18 triliun dan BCA sebesar Rp 14 triliun.

"Tidak ada yang lebih tinggi dari itu, dan ini menggambarkan profitabilitas," ungkap Prasetyantoko.

Menurut Prasetyantoko, capaian laba perbankan Indonesia dipengaruhi tiga faktor. Pertama adalah net interest margin (NIM) perbankan. "NIM perbankan Indonesia besar. Tidak ada NIM bank negara yang lebih besar dari Indonesia. Itu jelas menunjukkan profit yang besar," jelas Prasetyantoko.

Kedua adalah masih minimnya penetrasi perbankan di Indonesia. Menurut Prasetyantoko, sampai saat penetrasi perbankan baru mencapai 30% dari jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa. Maka, masih terdapat porsi penetrasi pasar perbankan yang menjadi peluang bisnis besar yang patut terus digali.

Prasetyantoko bahkan memperkirakan, jika perbankan mampu fokus menyasar sektor kredit mikro, peningkatan NIM perbankan akan mampu terdongkrak hingga 12%-13%.

"Ini karena tidak ada kompetisi. Jadi bagi bank dengan kredit mikro, isunya bukan price melainkan akses. Jika aksesnya tersedia, pasti akan diambil," katanya.

Faktor ketiga adalah semakin meningkatnya kalangan masyarakat ekonomi menengah. Hal ini akan semakin meningkatkan tingkat konsumsi masyarakat, termasuk akses investasi ke perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×