Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Adi Wikanto
Jakarta. Bank Mandiri mencoba realistis menatap kinerja sampai akhir tahun 2016. Laba bersih bank pemerintah ini diperkirakan stagnan pada tahun ini.
Maklum, penyaluran kredit masih melambat diiringi dengan kenaikan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Ini membuat pendapatan bunga alias net interest income akan terbatas.
Pahala N. Mansury, Direktur Keuangan Bank Mandiri, mengatakan, pihaknya belum akan mencatat kenaikan laba sepanjang tahun ini karena masih fokus menangani kredit bermasalah.
Sekadar informasi, pada paruh pertama 2016, kinerja Bank Mandiri tertekan lantaran rasio NPL meningkat dari 2,34% menjadi 3,86%. Akibatnya, biaya pencadangan (provisi) naik dari Rp 4 triliun menjadi Rp 9,9 triliun.
Kenaikan kredit bermasalah Bank Mandiri bersumber dari kredit komersial yang melesat menjadi 6,69%. Maklum, debitur segmen komersial ini memiliki bisnis yang rentan terkoreksi, terutama akibat pelemahan ekonomi.
Situasi itulah yang berpotensi menekan laba bank plat merah itu. Bahkan Pahala memperkirakan, laba Bank Mandiri berpeluang turun.
Namun, dia menandakan, penurunan laba bank ini tidak akan melebihi 20% dari tahun lalu. Proyeksi penurunannya masih pada kisaran belasan persen sampai akhir tahun 2016.
Sebagai gambaran, Bank Mandiri mencatat penurunan laba hingga 31,8% menjadi senilai Rp 7,08 triliun per semester I 2016. Pada periode sama tahun lalu, Bank Mandiri meraih laba bersih Rp 9,92 triliun.
“Kami belum ada kenaikan laba tapi penurunannya akan lebih baik,” kata Pahala, Senin (3/10).
Agar laba tak semakin jeblok, Bank Mandiri akan memperbaiki pendapatannya. Misalnya, dengan mendorong efisiensi, memacu pertumbuhan pendapatan non bunga, menyehatkan rasio kredit bermasalah, dan meningkatkan penyaluran kredit
Setidaknya Bank Mandiri akan menjaga pertumbuhan kredit antara 10%-12% di tahun ini. Per Agustus 2016, Bank Mandiri masih mencatat pertumbuhan kredit sebesar 10% per Agustus 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News