Reporter: Issa Almawadi | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Di saat industri perbankan berpesta laba, kinerja Bank Mega justru merosot. Tahun lalu, bank milik Chairul Tanjung ini membukukan penurunan laba sebelum pajak hingga 60% menjadi Rp 632,5 miliar. Adapun laba tahun berjalan Mega anjlok 62%, menjadi Rp 524,78 miliar dari posisi tahun 2012 senilai Rp 1,377 triliun.
Direktur Utama Bank Mega, Kostaman Thayib, mengakui Mega belum membukukan kinerja maksimal selama 2013. Tapi menurutnya, di semester kedua tahun lalu, Mega sudah mengalami banyak kemajuan. "Salah satu faktor yang menyebabkan laba Bank Mega turun adalah faktor eksternal, berupa penurunan nilai aset surat berharga sesuai penutupan akhir 2013," terang Kostaman, seperti dikutip dalam laporan tahunan Bank Mega yang dirilis Rabu (12/3).
Bank Mega juga mengalami peningkatan cost of fund akibat kenaikan suku bunga di pasar yang merupakan akibat ketatnya persaingan. Meski begitu, Sementara dari sisi aset hanya beringsut tipis, sebesar 1,9% menjadi Rp 66,48 triliun, dari Rp 65,22 triliun.
Chairul Tanjung, Komisaris Bank Mega, berdalih tahun 2013 adalah tahun perbaikan strategi bisnis yang dibuat tahun sebelumnya. "Terutama ketika Bank Mega memutuskan memindahkan fokus bisnis pada kredit usaha kecil (KUK)," tutur CT - julukan Chairul Tanjung.
Seperti halnya Kostaman, CT mengklaim, Bank Mega berhasil memperbaiki kinerja di semester II-2013 dan menunjukkan indikator kinerja positif, baik dari sisi finansial maupun non finansial. Menurut Chairul, dewan komisaris memandang kebijakan strategis yang telah disusun direksi merupakan langkah tepat dalam meningkatkan kinerja Bank Mega.
Sepanjang tahun lalu, total kredit Bank Mega meningkat 11,8% dari Rp 26,99 triliun menjadi Rp 30,17 triliun. Kostaman bilang, kredit mulai tumbuh bagus sejak April 2013, bahkan pada September, outstanding kredit melampaui posisi Desember 2012.
Pertumbuhan kredit Bank Mega ditopang pertumbuhan bisnis korporasi, kartu kredit, dan kredit usaha menengah (KUM). Adapun KUK menyusut lantaran kriteria dan proses kredit yang lebih ketat. "Kartu kredit membukukan 16% dari total portofolio kredit," tambah Kostaman. Masih di 2013, kredit bermasalah (NPL) bruto Mega naik menjadi 2,17% dari 2,09% dan NPL net menjadi 1,64% dari 1,30%.
Tahun ini, Mega membidik kredit tumbuh Rp 3,1 triliun atau setara 10% menjadi Rp 33,3 triliun. Pertumbuhan kredit itu berasal dari semua segmen bisnis, kecuali KUK, dengan kontribusi terbesar dari kartu kredit.
Dari sisi dana, Bank Mega menetapkan pertumbuhan 6% menjadi Rp 55,5 triliun. "Dalam hal ini, Mega First akan menjadi kontributor utama," terang Kostaman. Sejalan dengan itu, Mega berharap bisa membukukan laba setelah pajak sebesar Rp 1,3 triliun.
Mega telah menetapkan strategi bisnis tahun ini, terutama memfokuskan bisnis pada tiga pilar segmen yakni consumer banking, wholesale banking, serta small medium enterprises (SME) banking. Harga saham Mega kemarin ditutup menyusut 3% menjadi Rp 2.020 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News