Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia (BBCA) mengalami perlambatan pertumbuhan laba bersih (bank only) pada bulan Februari 2020. Ini merupakan perolehan laba bulanan terendah yang ditorehkan bank swasta ini sejak Februari 2018.
Mengolah laporan bulan Februari 2020, BCA tercatat hanya membukukan laba bersih Rp1,42 triliun. Itu turun 14,6% dibanding Februari 2019 (year on year/YoY) dan melorot 51,1% dari bulan sebelumnya (month to month/MoM). Namun, laba perseroan secara total dua bulan pertama tersebut mencapai Rp 4,33 triliun atau masih tumbuh 13,7% YoY.
Baca Juga: Laba Bank Rakyat Indonesia (BBRI) tumbuh melambat Februari 2020
Adapun penyaluran kredit BCA sepanjang Januari-Februari 2020 tercatat sebesar Rp 574,89 triliun atau tumbuh 8,6% YoY. Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh dua digit sebesar 12,4% YoY menjadi Rp 704,8 triliun.
Dengan begitu Loan to deposit ratio (LDR) BCA tetap di 82% yang menunjukkan bahwa bank ingin sangat likuid.
Lee Young Jun, analis Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya pada 2 Maret 2020 mengatakan, melambatnya pertumbuhan laba BCA tersebut terutama disebabkan oleh kenaikan biaya pencadangan yang cukup tinggi dari Rp 348,2 miliar pada Februari 2019 menjadi Rp 1,09 triliun.
Margin bunga bersih (NIM) BCA melorot 1 basis point (bps) karena penurunan suku bunga BI pada awal 2020. Biaya pendanaan hanya dikelola turun 10bps karena rasio CASA yang tinggi, sedangkan suku bunga kredit menunjukkan penurunan yang lebih dalam.
Baca Juga: Bank Mandiri terbitkan obligasi berdenominasi rupiah sebesar Rp 1 triliun
"Sebagai hasilnya, pendapatan bunga bersih (NII) dan pendapatan non-bunga secara bulanan masing-masing tumbuh 14,2% YoY dan 9,8% YoY," jelas Lee Young Jun.
BCA belum mengubah target kinerja di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Dalam riset Mirae Asset Sekuritas tersebut, manajemen perseroan mengatakan masih terlalu dini untuk bisa mengukur dampak pandemi tersebut terhadap kinerja keuangan BCA.
Sementara kredit BCA yang terdampak langsung dengan Covid-19 berasal dari sektor tourist yang menyumbang 2,5% terhadap total kredit perseroan, restoran sebsar 0,4%, minyak 1%, transportasi 3%, distribusi dan ritel 5%, maskapai, serta sektor logistik.
Baca Juga: Bank BJB ikut berikan keringanan kredit kepada debitur terdampak corona
Sejalan dengan sikap konservatifnya, BCA mendiversifikasikan portofolionya. Sehingga perseroan tidak memiliki pinjaman besar dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya.
Untuk kredit di segmen UKM, BCA memiliki jaminan sekitar 100% dari pinjaman debitur dimana sebagian besar jaminannya berupa tanah dan bangunan. Sementara eksposur kredit valas BCA masih di bawah 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News