Reporter: Annisa Aninditya Wibawa |
JAKARTA. Laba The Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC) Indonesia hanya tumbuh 5% di tahun 2012. Rinciannya, laba HSBC bertambah sedikit jadi Rp 1,26 triliun dari posisi 2011 sebesar Rp 1,19 triliun.
Deputy Chief Financial Officer HSBC Hanna Tantany mengatakan, pertumbuhan laba tipis itu dikontribusikan dari pertumbuhan revenue, keberhasilan menekan biaya operasional, dan pembersihan kualitas kredit yang buruk.
Beban operasional HSBC tercatat hanya Rp 248 miliar di 2012 naik tipis dari tahun sebelumnya. "Beban cuma naik 1%-2%," ucap Hanna.
Padahal, kredit HSBC tumbuh cukup tinggi tahun lalu sebesar 25% dari Rp 30,9 triliun di 2011 menjadi Rp 38,4 triliun pada 2012. Rasio kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) juga tercatat baik di posisi 0,3%.
Genjot transaksi valas
Sebagaimana bank asing, kredit valuta asing (valas) menjadi andalan dengan porsi 60%, dibanding kredit dalam rupiah yang hanya 40%. "Ini karena kredit valas menawarkan bunga paling murah di bank asing," sebut Hanna.
Direktur Global Market HSBC Indonesia Ali Setiawan mengklaim, bank yang berpusat di London ini juga kuat di trade finance, bahkan mampu melawan bank lokal.
Ali menyebut, dari total laba HSBC Indonesia, kontribusinya hanya 1,1% dari keseluruhan laba HSBC Group. Dikatakannya, negara-negara Asia selain Hongkong memberi porsi 50% terhadap seluruh laba. "Indonesia berada di peringkat 6 atau 7 sebagai penyumbang laba terbesar," ujarnya.
Hongkong, berkontribusi 36% terhadap total laba grup. Selanjutnya, Amerika latin 11,6%, Amerika Utara 11%, dan Eropa merosot dari 21% di 2011 jadi minus 16% di 2012.
Secara keseluruhan, laba sebelum pajak HSBC Group menurun 6% dari US$ 21,8 miliar di 2011 ke posisi US$ 20,6 miliar di 2012. Ini dikarenakan pembayaran penalti ke otoritas Amerika Serikat sebesar US$ 1,9 miliar dan tambahan provisi US$ 1,4 miliar ke Inggris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News